Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindiran-sindiran Tajam PDI-P Menuju Pilpres: Dari Parpol Elektoral Turun sampai Partai Bajak Kader

Kompas.com - 20/07/2022, 06:15 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tensi politik PDI Perjuangan tak sekali dua kali saja meninggi. Elite partai berlambang banteng itu beberapa kali melempar sindiran tajam buat rival politik mereka.

Muatannya tak jauh-jauh dari persaingan menuju Pemilu 2024 dan pencalonan presiden.

Terbaru, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut menyentil partai yang elektoralnya sedang turun, tetapi berupaya membajak kader parpol lain.

Kendati PDI-P tak terang-terangan menunjuk sosok yang mereka sasar, spekulasi publik berkembang.

Hawa panas persaingan antarpartai pun disinyalir kian menajam, meski pemilihan presiden baru digelar 2024 mendatang.

Baca juga: Sekjen PDI-P ke Kader: Biarkan yang Lain Berdansa Politik...

Kontestasi terlalu awal

Akhir Mei lalu, Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto pernah menyentil pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) oleh Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Dia mengingatkan jangan sampai kemunculan koalisi tersebut mengganggu jalannya pemerintahan.

"Jangan membawa kontestasi terlalu awal, yang kemudian membuang energi kita bagi perbaikan dan kemajuan bangsa dan negara pasca pandemi. Ini yang kita dorong," kata Hasto saat ditemui di Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (20/5/2022).

Hasto mengatakan, pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Ma'ruf Amin berdiri atas kerja sama antarpartai politik, sehingga peran partai-partai pengusung KIB sangat dibutuhkan.

Baca juga: Hasto PDI-P: Ada Partai yang Elektoralnya Turun, Kemudian Mengusung Kader Partai Lain

Bajak kader

Tak lama, Hasto kembali melempar sentilan ke KIB. Kala itu dia menanggapi KIB yang membuka diri untuk mengusung Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDI-P Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.

Hasto bilang, sejatinya tugas partai adalah menggembleng kadernya sendiri, bukan merebut kader partai lain.

"Partai punya tugas untuk menggembleng setiap anggota dan kadernya, bukan membajak kader dari partai lain, dan itulah bagian dari prinsip yang harus dikedepankan," kata Hasto saat ditemui di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/6/2022).

Hasto mengatakan, PDI-P tak menginginkan adanya salip menyalip antarpartai politik. Dia mengeklaim, partainya memiliki prinsip gotong royong dalam politik.

Baca juga: Strategi Deklarasi Capres Last Minute PDI-P ala Megawati...

Namun begitu, Hasto menegaskan, PDI-P masih menunggu arahan dari Megawati soal calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung partainya di 2024.

"Jadi urusan pilpres ini ibu ketua umum," kata dia.

Meski sempat membuka wacana mengusung Ganjar, KIB hingga kini belum mengumumkan nama capres mereka. Koalisi bentukan Golkar, PAN, dan PPP itu belum tampak bermanuver lagi.

Partai sombong

Tak hanya Hasto, Megawati Soekarnoputri juga belum lama ini menyentil pihak yang menyebut dia dan partainya sombong. Presiden kelima RI itu mengaku bingung mengapa dirinya disebut sombong.

"Ada orang mengatakan Ibu Mega sombong banget ya. Karena ada juga yang mengatakan 'ada sebuah partai sombong sekali'," kata Megawati di acara Rakernas Kedua Tahun 2021 PDI-P di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6/2022).

"Lah piye kok dibilang sombong emangnya kenapa? Saya ingin menggarisbawahi, itu media jangan diurik-urik. Tolong omong bener yang bener," imbuh dia.

Baca juga: Manuver Tajam PDI-P: Dulu Bilang Sulit Kerja Sama dengan Demokrat dan PKS, Kini Buka Pintu Lebar-lebar

Megawati mengatakan tidak pernah menjelekkan partai mana pun. Dia juga mengeklaim, tak pernah mendiskreditkan ketua umum partai politik lain.

"Saya berjalan sendiri membentuk partai saya yang saya hormati dan sayangi yang bernama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan," ujarnya.

Beberapa hari sebelum pidato Megawati, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Surya Paloh memberikan sambutan di acara rapat kerja nasional (rakernas) partainya. Dalam kesempatan itu, dia sempat menyinggung ihwal partai sombong.

"Kita harus bisa menjaga komunikasi pada seluruh komponen masyarakat secara lebih bijak, lebih luwes," kata Surya Paloh dikutip Tribunnews.com, Jumat (17/6/2022).

"Buang itu praktik kesombongan, merasa paling hebat sendiri merasa paling mantap sendiri, itu bukan Nasdem, ada urusan apa?" lanjutnya.

Baca juga: Diplomasi Gowes PDI-P dan PAN, PPP: Terlalu Pagi untuk Bicara Mbak Puan sebagai Capres dari KIB

Terkait ini, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali menyatakan bahwa tidak ada aksi saling sindir antara Surya Paloh dan Megawati.

Menurut dia, pidato Surya Paloh tak bermaksud menyindir partai mana pun. Malahan, Surya berusaha mengingatkan kader partainya untuk tidak bergerak sendiri, tetapi juga bekerja sama dengan partai politik lain.

"Enggak. Kita enggak pernah menyindir partai orang. Justru pernyataan (Surya Paloh) mengingatkan ke Partai Nasdem sendiri, internal partai sendiri," kata Ali saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/6/2022).

Ali pun mengeklaim, hubungan antara partainya dengan PDI-P baik-baik saja dan tidak ada persoalan.

“Jadi teman-teman saja yang sensi menerjemahkan itu. Karena secara personal sih antara Nasdem dan PDI-P itu enggak pernah ada masalah," tuturnya.

Partai elektoral turun, usung kader parpol lain

Terbaru, Hasto Kristiyanto kembali melempar sindiran. Dia menyentil partai politik yang sudah mengusung capres, tetapi mencomot kader partai lain.

"Ada satu partai yang elektoralnya turun, kemudian mencoba memunculkan kader partai lain, bahkan mencalonkan sosok yang seharusnya netral dalam politik. Hal-hal seperti ini biarkan rakyat yang menjadi hakim politik,” kata Hasto dalam keterangannya, Senin (18/7/2022).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto saat ditemui di Gedung Pusat Edukasi AntiKorupsi KPK, Jakarta, Senin (27/6/2022).KOMPAS.com / IRFAN KAMIL Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto saat ditemui di Gedung Pusat Edukasi AntiKorupsi KPK, Jakarta, Senin (27/6/2022).

Hasto tak menjelaskan partai yang ia maksud. Dia hanya mengingatkan kader partainya agar tak terpengaruh romantika politik pencapresan.

Kendati begitu, spekulasi publik tertuju pada Partai Nasdem. Pasalnya, sejak pertengahan Juni lalu, Nasdem telah mengumumkan 3 nama calon presiden di bursa pilpres mereka.

Salah satu yang hendak dicalonkan yakni Ganjar Pranowo. Dua lainnya yaitu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Merespons pernyataan Hasto, Nasdem tak ambil pusing. Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate mengatakan, partainya tetap fokus melakukan rekrutmen calon pemimpin nasional dari putra putri terbaik bangsa.

Perekrutan capres, kata Johnny, tidak akan dibatasi hanya dari unsur internal Nasdem.

"Sahabat kami (PDI-P) mungkin menjadi agak sensitif saja dengan perkembangan situasi politik terkini," katanya kepada Kompas.com, Selasa (19/7/2022).

Baca juga: Hasto Sebut Ada Partai Elektoralnya Turun Usung Kader Parpol Lain, Sindir Nasdem?

Saat ditanya apakah hubungan partainya dan PDI-P renggang usai diusungnya Ganjar di bursa pilpres Nasdem, Johnny bilang, partainya bersahabat dengan seluruh parpol.

Bahkan, menurutnya, kerja sama politik menuju 2024 masih mungkin terbangun antara Nasdem dan PDI-P.

"Kerja sama politik selalu mungkin dan cair, apalagi kerja sama politik antara Nasdem dan PDIP yang telah dua kali sukses bersama sama mengantar pak Jokowi sebagai Presiden RI dan saat ini bahu membahu mensukseskan Kabinet Indonesia Maju," kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) itu.

Saling sindir

Melihat dinamika ini, peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor memprediksi, sindiran-sindiran serupa bakal terus dilancarkan PDI-P buat merespons situasi politik terkini.

Hingga kini, PDI-P memang belum banyak bermanuver soal koalisi dan pencapresan Pemilu 2024.

Namun, menurut dia, kecil kemungkinan partai penguasa itu bakal berkawan dengan Nasdem mengingat hubungan kedua partai belakangan tampak merenggang.

"Saya kira so far sampai hari ini Nasdem menjadi partai yang memang tidak terlalu mesra dan didekati oleh PDI-P," kata Firman kepada Kompas.com, Selasa (19/7/2022).

Baca juga: Nasdem Tetap Yakin Pilih Satu dari Tiga Nama Capres yang Diusulkan dalam Rakernas

Menurut Firman, gelagat keretakan hubungan PDI-P dan Nasdem semakin tampak pascanama Ganjar masuk sebagai satu dari tiga calon presiden yang hendak diusung partai pimpinan Surya Paloh itu.

Padahal, menurut Firman, tak ada yang salah dengan langkah Nasdem memasukkan nama kader PDI-P itu ke bursa capres. Sebab, konvensi calon presiden Nasdem bersifat terbuka.

"Justru menurut saya, sebetulnya kenapa Pak Hasto ini dalam beberapa kali statement itu memancing-mancing satu polemik, satu hal yang saya kira nggak perlulah begitu," ucap Firman.

"Apakah ini memang cerminan overconfidence (terlalu percaya diri), atau justru ada kekhawatiran kita nggak tahu," tuturnya.

Dia mengatakan, setiap partai punya hak untuk mengusulkan calon pemimpin yang dikehendaki kadernya.

Namun, melihat respons dari pihak-pihak terkait, lanjut Firman, tak menutup kemungkinan ke depan terus terjadi saling sindir antara PDI-P dan Nasdem.

"Saya kira pesan ini akan menjadi lebih biasa ke depan, saling sindir, saling menyerang secara halus karena memang suatu persoalan yang kelihatan juga di permukaan," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Nasional
Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Nasional
Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Nasional
PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

Nasional
Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Nasional
Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Nasional
Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Nasional
Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Nasional
Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat 'Smart Card' Haji dari Pemerintah Saudi

Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat "Smart Card" Haji dari Pemerintah Saudi

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Nasional
Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Nasional
Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Nasional
Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com