JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa jemaah haji Indonesia yang merupakan pasangan suami istri (pasutri) mempunyai cara unik untuk bisa memadu kasih usai menyelesaikan seluruh rukun haji. Mereka pun membuat tempat khusus bernama "kamar barokah".
Sebab, selama melaksanakan rangkaian rukun ibadah haji ada sejumlah larangan yang ditetapkan. Salah satunya dilarang melakukan hubungan suami-istri bagi jemaah yang merupakan pasutri.
Maka dari itu, pasutri yang sama-sama beribadah haji baru bisa saling mendekat dan memadu kasih setelah selesai menunaikan seluruh rangkaian utama ibadah haji.
Melepas rindu dan memadu kasih bagi jemaah haji yang merupakan pasutri usai melaksanakan rangkaian ibadah wajib memang dibolehkan.
Akan tetapi, sampai saat ini baik pemerintah Indonesia dan Arab Saudi tidak menyediakan tempat khusus untuk hal itu.
Baca juga: Lepas Jemaah Haji Indonesia Kembali Ke Tanah Air, Menag: Insya Allah Semuanya Haji Mabrur
Sebab, paket fasilitas haji yang ditawarkan Kementerian Agama tidak menyediakan tempat guna memenuhi kebutuhan hal itu.
Alhasil para jemaah haji yang pasutri mesti putar otak atau merogoh kocek pribadi untuk menyewa kamar apartemen atau hotel buat menyalurkan hasrat seksual yang terpendam selama ibadah.
Akan tetapi, jemaah haji asal Surabaya yang bermukim di pemondokan Hotel Arkan Bakkah, kawasan Mahbas Jin, Mekkah punya cara tersendiri.
Mereka sampai menggelar "rapat darurat" untuk mencari jalan keluar persoalan itu. Beragam usulan muncul.
Ada jemaah yang mengusulkan supaya mengosongkan satu kamar untuk digunakan sebagai tempat bercinta bagi para pasutri jemaah haji.
"Awalnya malah ada usulan satu kamar dibuat secara bersamaan. Antar tempat tidur disekat seadanya," kata Dikky Syadqomullah, seorang jemaah haji Indonesia, seperti dikutip dari Tribunnews, Minggu (17/7/2022).
Baca juga: Keluhkan Fasilitas Masyair Haji 2022, Menag: Bayar Rp 1,4 Triliun, Menu Makanan Buncis, Kasur Tipis
Meski begitu, usulan itu tak diterima jemaah lain.
"Sebagian jemaah menganggap memenuhi kebutuhan pasutri tak pantas rasanya bila dilakukan bersamaan dalam satu tempat yang sama," kata Dikky.
Dikky bersama rekan-rekan sekamarnya kemudian mengalah dan merelakan kamar mereka untuk dipakai menjadi "Kamar Barokah".
Mereka hanya mengajukan satu syarat, yaitu satu kamar harus digunakan secara bergantian. Waktu penggunaannya mulai dari siang hingga maghrib.