Masyarakat terpecah. Julukan Cebong, Kampret, Aseng, dan Kadrun memenuhi lini masa dan laman media sosial serta percakapan sehari-hari.
Saya teringat pesan sakti Bung Karno, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."
Saya melihat, perseteruan yang terjadi sebenarnya hanya soal menjaga kepentingan sendiri. Situasinya dipelihara agar tujuan tercapai.
Cuma saja enggak keren kalau masih menggunakan isu SARA demi tujuan. Konsep yang jelas terbukti lebih banyak mudaratnya, ketimbang manfaat bersama dalam konsep kehidupan berbangsa dan bernegara.
Alih-alih begitu terus tidak berujung, mending duduk bareng-bareng. Segala jenis korban dan pengorbanan yang disebut “ongkos demokrasi” disetop.
Alihkan menjadi sebuah “konsesi”. Toh, semua bakal mendapatkan sesuatu yang sudah disepakati. Berani?
Yuk, saya tantang para politisi untuk punya nyali mewujudkan dan menjadikan rekonsiliasi bangsa sebagai agenda terpenting.
Saya berdoa dari jauh supaya tinta emas rekonsiliasi itu dapat ditorehkan sebelum pemilihan presiden 2024 mendatang. Bukan hanya dalam kata, namun juga perbuatan.
Untuk Indonesia, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.