JAKARTA, KOMPAS.com - Peningkatan jumlah warga miskin di Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan menuai komentar dari mantan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, terjadi peningkatan jumlah warga miskin di Jakarta sebanyak 105.160 orang atau naik 0,89 persen periode 2017-2021, atau selama 4 tahun Anies memimpin.
BPS mencatat, pada 2019 jumlah warga miskin di DKI Jakarta sebanyak 362.300 orang (3,42 persen).
Kemudian, persentase penduduk miskin di DKI Jakarta pada September 2020 naik 1,27 persen poin atau bertambah 134.540 orang, sehingga penduduk miskin di Jakarta menjadi 501.920 orang atau 4,72 persen pada Maret 2021.
Sedangkan pada September 2021, jumlah warga miskin di DKI Jakarta berkurang menjadi 498.290 orang atau 4,67 persen.
Baca juga: Sebut Kemiskinan di DKI Serupa 15 Tahun Lalu, Sekjen PDI-P: Ahok-Djarot Lebih Baik
Masih berdasarkan data BPS DKI Jakarta, pada 2020 tercatat kenaikan balita yang mengalami gizi buruk mencapai 6.047 orang.
Di sisi lain, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta nilainya cukup tinggi.
Tercatat pada tahun 2019, nilai APBD DKI sebesar Rp 89,08 triliun atau naik Rp 18,97 triliun dibandingkan APBD di tahun sebelumnya.
Kemudian pada 2020, nilai APBD DKI Jakarta sebesar Rp 87,95 triliun dan APBD Perubahannya mencapai Rp 63,30 triliun.
Lantas pada 2021, nilai APBD DKI sebesar Rp 84,19 triliun dan APBD Perubahan pada angka Rp 79,89 triliun, atau turun sebesar Rp 2,4 triliun.
Djarot yang merupakan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta menyatakan prihatin dengan kenaikan jumlah warga miskin di Ibu Kota. Sebab menurut dia nilai APBD DKI Jakarta cukup buat membantu pengentasan kemiskinan.
"Prihatin ya, karena APBD DKI Jakarta ini kan besar banget. Kita tunggu-tunggu sebetulnya katanya menyubsidi rakyat miskin untuk mendapatkan rumah layak huni. Ternyata rumah dibangun dengan DP 0 rupiah juga enggak jelas berapa. Padahal APBD-nya besar banget," ujar Djarot di Sekolah Partai PDI-P, Selasa (21/6/2022).
Djarot juga menyoroti efektivitas program OK OCE (One Kecamatan, One Center of Entrepreneurship) yang sempat disosialisasikan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Menurut Djarot, program itu seharusnya ditujukan buat membantu rakyat kecil meningkatkan pemasukan.
"Hal seperti ini yang membikin kita miris. Jika kita mempertanyakan duit sebegitu besarnya untuk apa ya?" ujar Djarot.
Djarot menyatakan dia mendukung penyelenggaraan ajang balap Formula E Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta Utara pada 4 Juni 2022 lalu.
Meski begitu, Djarot menilai seharusnya anggaran buat perhelatan balap itu bisa dipakai dalam program mengurangi kemiskinan di Ibu Kota.
"Formula E kita dukung. Tapi berapa diperuntukkan? Kalau seumpama diperuntukkan untuk membangun rumah-rumah susun untuk rakyat itu jauh lebih efektif untuk mengurangi kemiskinan," ujar Djarot.
"Kalau itu didistribusikan untuk bantuan permodalan bagi pengusaha kecil itu akan lebih fokus untuk membahagiakan warganya," ucap Djarot.
Baca juga: Djarot: PDI-P Lahirkan 3 Presiden yang Luar Biasa
Dalam Dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI tahun anggaran 2021 disebutkan studi kelayakan penyelenggaraan Formula E mencantumkan beragam keuntungan.
Keuntungan tersebut tidak hanya datang dari sisi ekonomi, tetapi juga dari sisi reputasional Jakarta sebagai penyelenggaraan event balap internasional.
Djarot mengatakan, dia berharap Anies bisa lebih membuat program-program di Pemprov DKI Jakarta lebih bisa dirasakan masyarakat di sisa masa jabatan.
Yang dimaksud Djarot adalah yang paling utama dari program-program pemerintah provinsi benar-benar berdampak dan tak sekadar slogan belaka.
Baca juga: Sampaikan Harapan Ultah DKI Jakarta Ke-495, Djarot: Kita Harus Introspeksi, Evaluasi
"Hal-hal semacam ini cuma diksi-diksi saja, tidak membumi. Padahal yang penting apa yang filosofi apa yang dia kerjakan. Saya setuju kalau seniman Jakarta dijadikan nama jalan, tapi lebih setuju lagi jalan-jalan itu makin bersih, hijau," ungkap Djarot.
"Kalau yang ditebangi bukan sebetulnya bukan pohon tapi tiang yang mengganggu. Tiang yang tidak berfungsi, tiang operator sehingga semua infrastruktur di bawah," lanjut Djarot.
Di sisi lain, Djarot mengungkapkan dia bisa berbuat lebih jika menang dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta pada 2017 silam.
Djarot mengatakan, apabila dia dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dulu diberi kesempatan memimpin kembali DKI Jakarta, ia yakin kemiskinan akan semakin turun.
Djarot bahkan menyebut angka kemiskinan bisa turun hingga di bawah 5 persen.
"Kalau dulu bersama Pak Ahok diberikan satu kesempatan lagi itu saya pastikan di bawah 5 persen (angka kemiskinan)," kata dia.
(Penulis : Dian Erika Nugraheny | Editor : Icha Rastika, Krisiandi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.