Sikap dan usulan serupa juga disampaikan oleh Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda. Menurut Huda, menaikkan harga tiket bukan satu-satunya opsi untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur.
Huda mengatakan, kenaikan harga tiket juga kontraproduktif dengan semangat pemulihan destinasi wisata pasca-pandemi Covid-19.
Dia pun meminta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membuka ruang diskusi dengan publik mengenai wacana kenaikan harga ini supaya menemukan solusi terbaik yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
"Sementara, saya kira terkait dengan kenaikan tarif ini harus disetop dulu dan semoga belum menjadi kebijakan karena semangatnya saya tidak setuju dan saya kira ini opsi yang belum perlu untuk diambil dalam suasana hari-hari ini," katanya, Senin (6/6/2022).
Merespons polemik ini, Menko Luhut mengatakan bahwa wacana menaikkan harga tiket naik ke stupa Candi Borobudr belum final. Rencana ini masih akan dibahas pemerintah dan diputuskan oleh Presiden Joko Widodo minggu depan.
“Saya mendengar banyak sekali masukan masyarakat hari ini terkait dengan wacana kenaikan tarif untuk turis lokal. Karena itu nanti saya akan minta pihak-pihak terkait untuk segera mengkaji lagi supaya tarif itu bisa diturunkan," kata Luhut.
Baca juga: Ramai-Ramai Menolak Kenaikan Tiket Naik Stupa Candi Borobudur
Meski begitu, Luhut memastikan bahwa rencana kenaikan tarif untuk turis asing menjadi 100 dollar AS tidak akan berubah. Begitu pula tarif untuk pelajar, yakni Rp 5.000.
Sementara untuk sekedar masuk ke kawasan Candi Borobudur, tarifnya juga tetap di angka Rp 50.000.
Luhut menambahkan, berdasarkan masukan yang diterima, pihaknya tengah mempertimbangkan untuk menyediakan tarif khusus bagi warga Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Nantinya, semua calon turis yang ingin mengunjungi Candi Borobudur wajib untuk melakukan reservasi secara daring. Upaya ini dilakukan untuk mengatur aliran pengunjung.
Sejumlah aturan baru juga bakal diterapkan. Misalnya, semua turis nantinya wajib didampingi pemandu wisata yang berasal dari warga lokal sekitar Candi Borobudur.
Selain itu, turis diwajibkan menggunakan sandal khusus “upanat” supaya tidak merusak tangga dan struktur bangunan yang ada di candi. Sandal ini akan diproduksi oleh warga dan UMKM di sekitar Candi Borobudur.
“Sebagai bangsa yang kaya dengan budaya, kita tentu tidak mau dianggap tidak bisa menjaga kelestarian warisan budaya kita sendiri. Jadi memang diperlukan treatment khusus untuk mewujudkan upaya itu,” kata Luhut.
(Sumber: KOMPAS.com/Penulis: Isna Rifka Sri Rahayu, Ardhito Ramadhan | Editor: Yoga Sukmana, Bagus Santosa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.