Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Pastikan Sebagian Besar Vaksin Covid-19 yang Kedaluwarsa Berasal dari Donasi

Kompas.com - 31/05/2022, 14:46 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, dua penyebab kedaluwarsanya vaksin Covid-19 yang saat ini tersimpan di 34 provinsi.

Penyebab pertama, sebagian besar vaksin yang kedaluwarsa merupakan hasil donasi dari negara lain.

"Sebagian besar expired itu vaksin-vaksin donasi. Kenapa vaksin donasi itu expired, karena vaksin donasi umumnya vaksin stok lama di negara-negara maju," ujar Budi usai mengikuti rapat terbatas yang membahas vaksin Covid-19 kedaluwarsa di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (31/1/2022).

"Jadi negara maju pada saat vaksin tersedia, dia akan belinya duluan, karena mereka memiliki akses dan uang untuk ke sana. Dia simpan tuh, jadi stoknya banyak, begitu dia suntikkan kan enggak semuanya habis, mereka sadar, waduh ini stok saya masih banyak sebentar lagi kedaluwarsa," jelasnya.

Baca juga: Kemenkes: Laju Distribusi Vaksin Covid-19 dari Pusat ke Daerah Menurun

Sehingga, sisa stok vaksin dari negara maju itulah yang akhirnya didonasikan. Salah satunya diberikan ke Indonesia.

Budi mengungkapkan, sebelum mendonasikan vaksin negara-negara maju melihat kecepatan vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

"Waktu puncaknya sempat 2,5 juta per hari. Sehingga kemudian dialihkan ke kita. Nah dialihkan ke kita rata-rata expired date-nya pendek antara 1 sampai 3 bulan," katanya

"Tapi karena waktu di awal tahun kita merasa butuh dan ini gratis, vaksinnya bagus, kenapa tidak, nah itu sekarang disuntikkan. Itu penyebabnya memang kenapa expired karena jangka waktu expired date-nya sudah tinggal 1 sampai 3 bulan," papar Budi.

Baca juga: Covid-19 di Indonesia Melandai, Masih Perlukah Vaksin Booster?

Penyebab kedua, karena saat ini memang terjadi penurunan dari laju vaksinasi di Indonesia.

Hal ini dipengaruhi target vaksinasi yang dihadapkan kepada perkembangan di lapangan.

Budi mengungkapkan, awalnya pemerintah menargetkan capaian vaksinasi Covid-19 dosis lengkap sebesar 90 persen dari populasi.

Sementara, target untuk booster 80 persen dari populasi.

"Tapi realitasnya kita lihat juga di negara-negara maju lainnya. Kalau sudah dapat 70 persen dari populasi itu biasanya stagnan. Dan boosternya negara maju itu malah 40 persenan," tutur Budi.

"Jadi tadi kami juga diskusi dengan Bapak Presiden (target vaksinasi) yang lebih realistis. Target yang awal itu tidak realistis, yang lebih realistis itu adalah 70 persen dari populasi itu yang dapat dosis lengkap dan booster-nya 50 persen," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com