Dalam kesempatan lain, PSI mengunggah video tentang pernyataan Tsamara yang mengkritik Putin melalui Twitter. Saat itu Tsamara mengatakan tidak ada kebebasan beraspirasi di Rusia seperti di Indonesia.
Tsamara juga menyinggung soal praktik korupsi di Rusia.
"Kalau kita lihat dari segi indeks persepsi korupsi, Indonesia jauh di atas Rusia," ujar Tsamara.
"Nah kalau sudah tahu begitu, yakin orang seperti itu mau dijadikan standar kepemimpinan? Kalau saya tidak mau ada pemimpin seperti itu di Indonesia. Kalau kamu?" kata Tsamara dalam video itu.
Video Tsamara lantas ditanggapi oleh situs berita Russia Beyond The Horizon (RBTH). Mereka meminta Tsamara lebih bijak berkomentar terkait kondisi negara lain.
Baca juga: Tsamara: Kalau di DPR, PSI Pasti Tegas Lawan Rencana Revisi UU KPK
Dalam tahun itu juga Tsamara kembali terlibat perdebatan dengan Fadli Zon. Sebab saat itu Dewan Perwakilan Rakyat dicap sebagai lembaga yang tidak dipercaya masyarakat.
Fadli Zon saat itu meminta supaya masyarakat memaklumi kinerja Dewan Perwakilan Rakyat yang jeblok.
Tsamara mengatakan seharusnya pimpinan DPR menjadi pihak terdepan yang tidak menolerir buruknya kinerja itu.
"Ini menjadi sebuah pertanyaan, mengapa Pak Fadli sebagai pemimpin oposisi, garang sekali kepada Pak Jokowi dan pemerintah, setiap persoalan dikritik keras. Tetapi justru melempem kepada lembaganya sendiri," ujar Tsamara melalui keterangan tertulis, Selasa (4/12/2018).
Tsamara mengatakan, seharusnya Fadli tidak menjadikan kampanye Pemilihan Legislatif sebagai alasan. Sebab, sedianya anggota DPR incumbent akan mendapatkan dukungan dari publik jika menunjukan kinerja yang baik.
"Kinerja DPR yang jeblok bukan hal baru. DPR selalu gagal memenuhi target prolegnas," kata Tsamara.
Menurut dia, sebaiknya Fadli fokus membenahi kinerja DPR. Fadli tidak seharusnya meminta masyarakat untuk memaklumi hal tersebut.
"Dengan kinerja DPR yang buruk seperti ini, Pak Fadli harus berani berkata jangan memilih mereka yang tak bekerja dengan baik di DPR," kata Tsamara.
(Penulis : Jessi Carina | Editor : Diamanty Meiliana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.