Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darwin Darmawan

Pendeta GKI, Mahasiswa doktoral ilmu politik Universitas Indonesia

Jum’at Agung: Berani Hidup dan Melampaui Mati

Kompas.com - 15/04/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETIAP merayakan Jum’at Agung, sebagian umat Kristiani mengalami ambivalensi emosi. Di satu sisi, penderitaan dan wafat Yesus Kristus di atas kayu salib menyayat nurani.

Penyaliban adalah dehumanisasi. Seseorang yang disalib darahnya mengucur habis akibat siksaan. Ia akan meninggal secara perlahan dalam kesakitan.

Penyaliban juga meneror nurani. Massa menyaksikan siksa keji perjalanan menuju mati.

Tetapi, dalam peristiwa penyaliban Yesus Kristus, orang banyak menganggapnya sebagai kewajaran. Derita dan wafat-Nya bahkan menjadi olok-olokan (Luk 22:63).

Dalam penyaliban Yesus Kristus terjadi-mengutip Hannah Arendt- banalitas kejahatan.

Di sisi lain, Jum’at Agung adalah penegasan: cinta kasih dan kebenaran tidak akan kalah, selagi ada individu yang berjuang mewujudkannya.

Di hari Jum’at, Yesus Kristus memang terbujur kaku, dengan luka yang mengoyak kalbu. Tetapi, Ia mengatasi mati.

Tiga hari kemudian Yesus bangkit. Kebangkitan-Nya adalah inagurasi, cinta kasih dan kebenaran bisa saja dikalahkan. Tetapi, keduanya selalu menemukan jalan kemenangan.

Kerelaan Yesus Kristus memikul salib adalah respons ilahi yang subtil terhadap kejahatan dan dosa manusia.

Jika “mata ganti mata dan gigi ganti gigi” diberlakukan, tidak ada manusia yang bisa bertahan diadili Tuhan.

Pada sisi lain, kejahatan dan dosa tidak boleh dibiarkan. Jika tidak, maka dosa dan kejahatan akan merajalela. Manusia akan terus menjadi serigala untuk sesamanya.

Dalam dilema menghadapi dosa, Kristus menanggung hukuman dosa untuk diri-Nya. Ia tidak menghukum manusia setimpal dengan dosa yang dilakukan.

Tetapi Ia juga tidak membiarkan dosa bebas tanpa hukuman. Ibarat spon, Ia rela menyerap “air kotor dosa” manusia melalui pengurbanan-Nya di atas kayu salib.

Derita dan wafat-Nya bukan karena Ia bersalah. Ia menderita dan wafat karena menanggung dosa manusia (Yesaya 53:4).

Kolaborasi jahat kuasa sipil dan agama

Derita dan wafat Yesus Kristus adalah buah dari kolaborasi jahat kekuasaan sipil dan agama. Keduanya tidak siap menerima kebenaran yang Ia bawa.

Otoritas agama mengadili Yesus Kristus karena ajaran dan karya-Nya. Padahal, Ia tidak mendirikan agama baru.

Yang dilakukan-Nya adalah meluruskan praktik beragama yang keliru. Ia membawa pesan agar manusia mengasihi Allah dan sesamanya seperti diri sendiri (Matius 22:39).

Ia juga mengasihi orang marjinal dan papa. Para pemuka agama merasa terancam. Mereka kuatir kehilangan dukungan. Mereka juga tidak siap melepas topeng kemunafikan.

Maka, mereka bersepakat menangkap dan membunuh-Nya. Karena tidak punya wewenang untuk menjatuhi hukuman mati, penguasa agama minta restu Pontius Pilatus, penguasa sipil Romawi (Yohanes 18:31).

Pilatus menginterogasi Yesus. Tetapi ia tidak menemukan kesalahan pada diri-Nya. Pilatus pun bermaksud membebaskan Yesus.

Tetapi karena provokasi dan desakan massa, Pilatus menyerahkan-Nya kepada para pembela “agama”. Ia pun disiksa, menderita dan wafat secara hina.

Merengkuh, memaknai dan melampaui Penderitaan

Pandemi Covid-19 menyingkapkan, kematian dan kehidupan, penderitaan dan kebahagiaan adalah bagian inheren dari kehidupan. Betapa pun manusia selalu menghindar, kehidupannya tidak pernah lepas dari keduanya.

Pandemi ini membuat banyak orang menderita karena jatuh miskin atau semakin miskin, sakit, tertekan dan meninggal dunia. Dalam situasi demikian, sengsara dan wafat Yesus Kristus menjadi relevan.

Gustavo Guitterez, Teolog pembebasan Amerika Latin menegaskan, mustahil mengerti Tuhan jika kita tidak memandangnya dari perspektif penderitaan.

Salib Kristus adalah wujud penderitaan yang nyata. Tetapi, dalam salib-Nya, penderitaan jadi bermakna.

Jika Kristus yang tidak bersalah rela menderita, maka mereka yang memandang penderitaan dari kaca mata salib, tidak lagi melihat penderitaan -memakai terminologi Heidegger- sebagai keterlemparan (facticity) yang absurd.

Sebaliknya, mereka mendapatkan makna dari penderitaan-Nya. Yesus Kristus menderita karena mengasihi umat manusia.

Dalam derita dan wafat-Nya, Ia juga mengalami kuasa Allah yang membangkitkan-Nya. Mereka yang memandang penderitaan dari salib Kristus, mengalami kuasa Allah yang hadir ketika menderita.

Sebab, Allah yang berinkarnasi di dalam Yesus Kristus ikut menderita bersama mereka. Ketika menderita bersama-Nya, umat Kristiani mengalami transformasi.

Mereka mampu memaknai penderitaan dan menjadikannya kesempatan untuk mengasihi.

Dimaknai demikian, orang yang menderita bersama Kristus akan menjadikan penderitaan sebagai kesempatan untuk solider dengan sesamanya yang menderita.

Prinsip spiritual ini bukan saja menolong seseorang berdamai dengan penderitaan akibat pandemi, tetapi juga menjadikan seseorang bermanfaat di tengah situasi sulit saat ini.

Jika ini menjadi semangat kolektif umat Kristiani, penderitaan akibat pandemi covid-19 akan terasa lebih ringan sebab umat Kristiani solider dengan penderitaan sesamanya.

Solidaritas inilah wujud keberanian untuk hidup, yaitu hidup secara bertanggung jawab.

Solidaritas terhadap sesama yang menderita perlu ditujukan pertama-tama untuk mereka yang marjinal dan papa (preferential option for the poor). Mereka acap kali dilupakan, dibungkam dan dikorbankan dalam hidup bersama.

Seperti Yesus Kristus yang menderita karena cinta kasih dan keberpihakan-Nya untuk mereka yang papa, umat Kristiani perlu menjadikan cinta kasih dan keberpihakan kepada mereka sebagai imperatif dan keutamaan moral juga.

Ketika mengasihi yang papa dan mewujudkan kebenaran, umat Kristiani perlu siap menapaki jalan sengsara (via dolorosa). Sebab, dua tindakan tersebut bisa berlawanan dengan kebijakan penguasa.

Salib Kristus juga menolong seseorang memiliki resiliensi. Bonhoeffer mengatakan, Yesus yang menderita dan wafat bisa menolong orang keluar dari penderitaan (Ibrani 2:18).

Sebab, di hari ketiga setelah wafat, Ia bangkit. Kebangkitan-Nya menjadi jaminan, tidak ada yang mustahil dalam cinta kasih dan kuasa Tuhan.

Keyakinan tersebut memberi resiliensi spiritual umat Kristiani agar optimis di tengah pandemi.

Umat Kristiani percaya, Yesus Kristus yang menderita, wafat dan bangkit, ikut menderita bersama mereka yang menderita, sehingga penderitaan karena pandemi Covid 19 bisa dihadapi.

Ia juga memberi jaminan. Sebagaimana diri-Nya melampaui kematian, saat ini Ia sedang berkarya bersama manusia untuk mengatasi pandemi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com