Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekjen PDI-P: Pemilu 2024 Sudah Ditetapkan, Aturan Mainnya Harus Disepakati

Kompas.com - 27/03/2022, 22:09 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) meminta semua pihak, termasuk menteri-menteri kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin untuk tidak menyuarakan pernyataan yang berbeda terkait kesepakatan jadwal pemungutan suara Pemilu 2024.

Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengingatkan bahwa jadwal pemungutan suara pemilu sudah ditetapkan bersama, yaitu 14 Februari 2024.

"Kalau pemilu sudah dicanangkan pada 14 Februari 2024, ya itu aturan main yang harus disepakati," kata Hasto ditemui di Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (27/3/2022) malam.

Hasto mengungkit ajang perlombaan olahraga di mana memiliki ketentuan atau aturan main yang harus disepakati antara penyelenggara dan peserta.

Baca juga: Soal Wacana Penundaan Pemilu 2024, Ketum PBNU: Harus Realistis dan Rasional

Dikaitkan dengan aturan main di olahraga, imbuh Hasto, politik pun juga memiliki kesepakatan yang sama.

Dia mencontohkan misalnya lomba lari di mana semua peserta dan penyelenggara sepakat, perlombaan baru dimulai ketika wasit mengangkat bendera atau selesai memberikan aba-aba berupa hitung mundur angka.

"Kalau di maraton ini ada pelari terlebih dahulu 20 menit sebelumnya, yang lain belakangan. Kemudian kita tidak bisa menentukan juara, karena tidak ada aturan kapan start, finish-nya. Itu kan jadi berantakan," jelasnya.

"Maka start dan finish dalam dunia politik khususnya melalui pemilu itu harus disepakati bersama," sambung dia.

Baca juga: Ketum PAN: Penundaan Pemilu Urusan Parpol, Jangan Menyalahkan Presiden

Lebih lanjut, Hasto juga menyinggung menteri-menteri yang berbicara dan justru mendukung pemilu ditunda.

Menurutnya, semestinya menteri-menteri itu tidak menunjukkan sikap yang berbeda terkait kesepakatan jadwal pemungutan suara Pemilu 2024.

Padahal, lanjut Hasto, rakyat justru menginginkan adanya pemilu dilaksanakan setiap lima tahun sekali di mana semestinya digelar pada 2024.

"Sehingga elite politik tidak boleh menunjukan sikap yang justru berbeda dengan disiplin rakyat yang memang menginginkan adanya meknisme demokrasi selama 5 tahun sebagaimana diatur dalam konstitusi itu," pungkasnya.

Diketahui bersama, beberapa waktu belakangan sejumlah elite politik dari menteri dan pimpinan partai politik menyuarakan penundaan Pemilu 2024.

Baca juga: Jelang Pemilu 2024, Gerindra Sumbar: Prabowo Capres, Andre Rosiade Cagub Sumbar

Salah satu menteri itu ialah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang menyinggung analisis big data terkait wacana penundaan pemilu.

Luhut mengeklaim bahwa big data 110 juta warganet yang meminta supaya Pemilu 2024 ditunda benar adanya.

Ia menepis tudingan sejumlah pihak yang meragukan validitas data tersebut maupun yang menyebut bahwa big data itu tidak benar.

Meski begitu, Luhut mengaku enggan membuka data tersebut ke publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com