Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KSP Klaim Konflik Rusia-Ukraina Tak Berdampak Langsung ke Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 23/03/2022, 16:14 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Panutan S. Sulendrakusuma mengatakan, konflik antara Rusia dan Ukraina tidak berdampak langsung pada perekonomian Indonesia.

Pasalnya, saat ini hubungan dagang Indonesia dengan dua negara tersebut minim.

"Dampaknya tidak langsung pada ekonomi Indonesia. Relasi perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan Rusia dan Ukraina, cukup rendah," ujarnya dalam keterangan pers pada Rabu (23/3/2022).

Baca juga: Arti Penting Mariupol bagi Ukraina dan Rusia

Dia memaparkan, neraca dagang dengan Rusia relatif kecil sebesar 239,79 juta dollar AS dan Investasi langsung senilai 23,21 juta dollar AS.

Sementara dengan Ukraina, nilainya minus 623,89 juta dollar AS dan total investasi langsung hanya 1,6 juta dollar AS.

Meski begitu, Panutan mengatakan Indonesia tetap melakukan langkah-langkah antisipasi jika konflik Rusia dan Ukraina berkelanjutan.

“Karena dampak yang besar akan terlihat dari biaya yang dikeluarkan dari pemenuhan impor BBM yang 40 persen kebutuhan masih mengandalkan impor,” jelasnya.

Baca juga: Rusia Tak Ingin Tawar Menawar, jika Kepentingannya Tak Tercapai Serangan Akan Berlanjut

Panutan menjelaskan, kenaikan harga energi akan berpengaruh pada biaya logistik dan kenaikan harga beberapa komoditas impor seperti gandum, kedelai, jagung dan sapi.

Hal itu tentu saja berpengaruh pada industri makanan, restoran dan pelaku katering.

“Ini berpotensi menyebabkan kenaikan laju inflasi,” kata Panutan.

Secara umum, Panutan menilai konflik Rusia dan Ukraina bisa memberikan dampak besar berupa kenaikan harga secara global pada tiga sektor utama, di antaranya, energi, pertanian dan manufaktur.

Seperti diketahui, Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia dan memenuhi 11 persen dari kebutuhan minyak global.

Namun dari segi konsumsi mereka hanya 4 persen.

Baca juga: KSP: Pemda Perlu Awasi HET Minyak Goreng Curah di Pasar Tradisional

Selain itu, Rusia juga produsen gas terbesar dan produsen batu bara ke enam terbesar di dunia.

“Perang akan menyebabkan melambungnya harga minyak dunia, gas dan batu bara. Harga minyak untuk jenis Brent sudah mencapai 101,68 dollar AS/barel,” ungkap Panutan.

Sementara itu, dari sisi pertanian, Rusia bersama dengan Ukraina merupakan pemasok 29 persen kebutuhan gandum global, 17 persen pasokan jagung dan 76 persen minyak goreng dari jenis bunga matahari.

Baca juga: KSP Persilakan Pemilik Tanah di Wilayah IKN Ajukan Klaim

Adapun dari sisi industri manufaktur, Rusia memasok 35 persen kebutuhan paladium, 10 persen platinum, 6 persen aluminium, 5 persen nikel dan biji baja 4 persen.

“Kenaikan harga metal tersebut akan menyebabkan kenaikan biaya bahan baku terutama untuk industri manufaktur otomotif dan elektronik,” tutur Panutan.

Selain itu akan terjadi kenaikan harga emas karena menjadi alat tukar paling aman selama terjadi perang.

Emas juga merupakan medium penyimpanan aset konvensional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com