Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Status Endemi Berarti Covid-19 Masih Wabah tapi Kasusnya Statis

Kompas.com - 17/03/2022, 11:25 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, masyarakat harus bisa memahami perubahan status pandemi menjadi endemi Covid-19.

Dicky mengatakan, endemi Covid-19 bukan berarti Covid-19 tidak ada di Indonesia. Saat status endemi, kata dia, kasus Covid-19 masih tetap menjadi wabah, namun laju kasus lebih statis dan datar.

"Jadi endemi itu jangan jadi tujuan, endemi itu masih wabah tapi dia statis tapi bukan berarti bagus, endemi itu berbahaya," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/3/2022).

Baca juga: Bisakah Status Pandemi Covid-19 Menjadi Endemi? Ini Kata Pakar UNS

Menurut Dicky, ada tiga kriteria yang bisa menjadi indikator untuk menuju endemi yaitu, pertama pola gelombang kasus Covid-19 terjadi dalam kurun waktu 6 bulan sekali.

Hal ini, kata dia, bisa terjadi apabila mayoritas masyarakat sudah memiliki imunitas.

Kedua, kasus Covid-19 sudah tidak menjadi penyakit yang paling mendominasi di suatu wilayah.

"Ketiga, cakupan vaksinasi Covid-19 di dunia sudah mencapai 70 persen, itu 3 kriterianya," ujarnya.

Baca juga: Kemenkes: Indikator Capai Endemi Masih Didiskusikan dengan Para Ahli

Lebih lanjut, Dicky mengatakan, kasus Covid-19 tidak bisa dinolkan di masa endemi, bahkan kasus kematian akibat Covid-19 masih bisa terjadi. Namun, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan masa pandemi.

Oleh karenanya, ia meminta pemerintah dalam membuat indikator menuju endemi membuat batasan-batasan terkait kondisi Covid-19.

"Kita menetapkan border line-nya, batasannya tapi harus dipahami jangan jadikan targetkan jadi endemi, kita harusnya menargetkan pengendalian penyakit dulu," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com