Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 3 Jenderal Suruhan Soeharto di Balik Terbitnya Supersemar

Kompas.com - 12/03/2022, 13:45 WIB
Elza Astari Retaduari

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Peringatan penerbitan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) kembali membawa kenangan tonggak sejarah lahirnya Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

Jumat (11/3/2022) kemarin menjadi 56 tahun peringatan dikeluarkannya Supersemar yang naskah aslinya hingga saat ini masih belum ditemukan.

Supersemar ditandatangani oleh Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966.

Surat ini berisi mandat dari Soekarno kepada Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) untuk mengamankan pemerintahan karena terjadinya ketidakstabilan situasi politik buntut peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S/PKI.

Sejak Supersemar terbit, Soeharto mengambil alih kekuasaan. Sebab ia menafsirkan "surat sakti" tersebut menjadi alat legitimasi suksesi kepemimpinan negara dari Soekarno untuk dirinya.

Supersemar dianggap sebagai penyerahan mandat kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto.

Baca juga: Supersemar, Taman Mini, dan Murka Soeharto

Sementara bagi Soekarno, surat itu adalah perintah pengendalian keamanan, termasuk keamanan dirinya selaku presiden dan keluarganya. Soekarno pun pernah menekankan, surat itu bukanlah transfer of authority.

Namun salah satu jenderal yang membawa Supersemar dari Soekarno yang berada di Istana Bogor ke Soeharto di Jakarta, berkesimpulan Soekarno telah menyerahkan kekuasaannya.

Orang-orang suruhan Soeharto

Adapun jenderal yang menganggap Supersemar sebagai pengalihan kekuasaan adalah Brigjen Amir Machmud yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya.

Amir Machmud menjadi satu dari tiga jenderal suruhan Soeharto untuk menghadap ke Soekarno. Dua jenderal lainnya adalah Brigjen M Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veteran dan Demobilisasi).

Sejak peristiwa G30S/PKI, terjadi gejolak di dalam negeri. Ini menyusul tudingan PKI sebagai dalang di balik pembunuhan tujuh jenderal.

Unjuk rasa banyak terjadi. Ekonomi nasional pun ikut tergerus.

Hingga puncaknya pada 11 Maret 1966, mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran di depan Istana Negara. Demo ini didukung tentara.

Baca juga: Wawancara Asvi Warman Adam: Supersemar Mungkin Blunder Bung Karno

Oleh karena itu, Soerharto sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat meminta Soekarno memberikan surat perintah untuk mengatasi konflik apabila diberi kepercayaan.

Mengutip arsip pemberitaan Harian Kompas, permintaan itu dititipkan Soeharto lewat Amir Machmud, M Yusuf, dan Basuki Rachmat.

Permintaan Soeharto pun dianggap biasa oleh Soekarno. Oleh sebab itu ia memandatangani surat perintah untuk mengatasi keadaan.

Hanya, interpretasi Soeharto berbeda mengenai isi dari Supersemar.

Karena dianggap sebagai mandat pemberian kekuasaan untuknya, Soeharto menggunakan Supersemar secara serta-merta dengan melakukan aksi beruntun sepanjang Maret 1966.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Kuasa Hukum Caleg Jawab 'Siap' Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Kuasa Hukum Caleg Jawab "Siap" Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Nasional
Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Nasional
Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

Nasional
Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com