Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Ada Indikasi Komunikasi PDI-P dan Istana Terputus soal Penundaan Pemilu

Kompas.com - 04/03/2022, 21:40 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Khoirul Umam menilai, ada indikasi terjadi masalah komunikasi antara pihak Istana dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) terkait sikap pada wacana penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Hal itu didasari pada belum adanya respons Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap wacana tersebut.

Sementara di sisi lain, PDI-P sudah memberikan respons terhadap gagasan penundaan Pemilu tersebut.

"Jelas mengindikasikan adanya komunikasi yang terputus antara PDI-P dengan gerbong Istana Presiden yang seolah 'berjalan sendiri'," kata Khoirul kepada Kompas.com, Jumat (4/3/2022).

Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) itu berpendapat, ada elemen dalam lingkaran Istana yang saat ini seolah berada di luar kendali partai penguasa, yaitu PDI-P.

Baca juga: Sebut Pajak Dukung Program Pembangunan hingga Vaksinasi, Jokowi: Pajak Kita untuk Kita

Khoirul pun mengaitkan hal tersebut dengan isu yang bereembus bahwa Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memotori wacana penundaan Pemilu 2024. Luhut disebut-sebut telah mengundang Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan terkait wacana penundaan Pemilu.

"Sebagaimana dijelaskan oleh Ketum PAN Zulkifli Hasan, gerbong Istana Presiden yang dimaksud adalah kelompok kepentingan ekonomi-politik yang dimotori oleh Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) yang mengorkestrasi suara menteri dan juga para ketua umum partai politik, dengan klaim telah mendapatkan restu dan persetujuan langsung dari Presiden Jokowi," tutur Khoirul.

Lebih lanjut, Khoirul melihat kondisi ini menggambarkan besarnya pengaruh dan kekuatan ekonomi-politik kelompok di lingkaran presiden yang hendak menjaga jarak dengan PDI-P.

Namun, kelompok itu juga dinilai berpotensi mengambil alih pengaruh dan otoritas kekuasaan presiden.

"Ada kekuatan di lingkaran presiden yang sudah mulai liar dan sudah berada di luar kontrol partai penguasa," ujarnya.

Baca juga: Jokowi: Bapak Ibu Segera Lapor SPT Tahunan, Batas Akhir 31 Maret 2022

Jika dugaan ini benar, Khoirul menyarankan PDI-P selaku partai penguasa mengevaluasi soliditas koalisi partai politik di lingkungan pemerintah.

Pasalnya, suara-suara partai politik dinilai sudah tidak solid dan terpecah sesuai dengan kepentingan masing-masing.

"Perpecahan kekuatan pendukung pemerintah ini terlihat jelas dalam wacana penundaan Pemilu ini, di mana PKB, Golkar dan PAN mendukung secara jelas, sedangkan PDI-P, Nasdem dan Gerindra menolak secara tegas wacana tersebut," katanya.

Diketahui, hingga kini Presiden Jokowi belum mengumumkan sikapnya atau respons terhadap wacana penundaan Pemilu yang digagas oleh sejumlah ketum partai politik koalisi pemerintah.

Di sisi lain, PDI-P melalui Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hasto Kristiyanto tegas menolak wacana penundaan Pemilu 2024.

Hasto pun menilai, ada orang-orang di sekitar Presiden Joko Widodo yang tidak memahami kehendak Jokowi.

Jokowi, kata Hasto, sudah menolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden.

"Polemik ini tidak perlu diperpanjang lagi sehingga tidak perlu repot-repot melakukan investigasi karena (yang ada) di sekitar Presiden pun kita melihat tidak memahami apa kehendak dari Presiden," kata Hasto dalam acara rilis Lembaga Survei Indonesia, Kamis (3/3/2022).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Nasional
KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

Nasional
Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Nasional
Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Nasional
Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Nasional
Pegawai Kementan Bikin Perjalanan Dinas Fiktif demi Penuhi Kebutuhan SYL

Pegawai Kementan Bikin Perjalanan Dinas Fiktif demi Penuhi Kebutuhan SYL

Nasional
Sidang SYL, Saksi Ungkap Permintaan Uang Rp 360 Juta untuk Sapi Kurban

Sidang SYL, Saksi Ungkap Permintaan Uang Rp 360 Juta untuk Sapi Kurban

Nasional
Hadiri Perayaan Ultah Hendropriyono, Prabowo Dihadiahi Patung Diponegoro

Hadiri Perayaan Ultah Hendropriyono, Prabowo Dihadiahi Patung Diponegoro

Nasional
Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celsius pada Puncak Haji

Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celsius pada Puncak Haji

Nasional
Tinjau Pasar Baru di Karawang, Jokowi: Harga Cabai, Bawang, Beras Sudah Turun

Tinjau Pasar Baru di Karawang, Jokowi: Harga Cabai, Bawang, Beras Sudah Turun

Nasional
KPK Sebut Eks Dirut Taspen Kosasih Rekomendasikan Investasi Rp 1 T

KPK Sebut Eks Dirut Taspen Kosasih Rekomendasikan Investasi Rp 1 T

Nasional
Hakim MK Tegur Kuasa Hukum KPU karena Tidak Rapi Menulis Dokumen

Hakim MK Tegur Kuasa Hukum KPU karena Tidak Rapi Menulis Dokumen

Nasional
Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Nasional
Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Nasional
 Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com