Islam yang tidak hanya menyiapkan tafsir tunggal atas suatu konteks. Islam adalah ilham yang menjadi api semangat hidup.
Nilai-nilai luhur yang mewarnai. Nilai dan norma yang tidak dogmatis dan indokriner adalah prasyarat tercapai mashlahah 'ammah.
III. Utopia
Sedangkan Islam yang diposisikan sebagai aspirasi dalam semua aspek kehidupan, perlahan mulai disadari hanya utopia.
Islam yang semata diposisikan sebagai aspirasi, terbukti tidak mampu mewujudkan Islam yang shaleh likulli zamaan wa fii kulli makaan.
Sebagai rahmat bagi alam semesta, Islam sudah compatible sejak awal turun. Islam rahmatan lil alamin, sesuai untuk segala ruang dan waktu. Ia akan menginspirasi setiap perubahan yang terjadi di tengah umat.
Di negara-negara tertentu, Islam yang diletakkan semata sebagai aspirasi, terbukti mencabik-cabik jama'atul muslimin, yang seharusnya jadi prasyarat terbentuknya masyarakat madani.
Gerakan ini justru menciptakan firaqul ummah. Faksi-faksi Islam di Afghanistan, Suriah, Libya, Yaman, Irak, adalah contoh betapa berbahayanya Islam dijadikan aspirasi untuk semua urusan mu'amalah.
Dalam konteks lebih terbatas, Islam yang dijadikan aspirasi, sangat potensial mendekonstruksi tatanan sosial yang dibangun di atas fondasi keberagaman.
Dalam masyarakat multi-madzhab, misalnya, Islam yang diposisikan sebagai faktor aspiran, potensial membuat tatanan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan berada dalam keadaaan instable.
Sebab, setiap produk kenegaraan, reliabilitasnya diukur sesuai aspirasi keagamaan mereka.
Jika tidak persis dengan keyakinannya, maka kelompok ini akan menjelma kekuatan penekan, dengan landasan teologis versi mereka, hingga sering berakibat timbulnya anarkisme sosial.
Salam konteks tertentu, Islam aspirasi sangat bersifat dogmatis; di mana praktik keberagamaan dilakukan dengan cara memaksakan kehendak.
Tidak boleh ada perbedaan tafsir atas titah Tuhan dan sabda Nabi. Para pengikut hanya boleh copy paste atas pandangan imamnya.
Setiap kalimat harus dilafalkan persis tanpa perbedaan. Perbedaan dianggap penyimpangan.
Penyimpangan dianggap keluar dari manhaj dan madzhab. Keluar manhaj dianggap bukan Islam.
IV. Uniformitas
Seringkali Islam aspirasi bersifat dogmatis, tidak membuka peluang perbedaan pendapat apalagi tafsir dan takwil.
Umat wajib menghafal satu definisi dengan susunan kata dan kalimat yang sama persis. Dirapal seperti mantra. Membuat bangunan tafsir yang sama.
Seragam dalam gerak dan amaliyahnya. Berbeda bunyi dan gerak atas kata dan kalimat, akan membuat mantra sia-sia. Tragisnya, itu dianggap sesat dan menyesatkan!
Untuk menjaga kemurnian dogma, aliran ini meniscayakan uniformitas bagi pengikut dan para aspiran.
Bukan semata seragam dalam hal-hal substantif seperti terkait masalah aqidah, syariat, dan ushul, tetapi juga hal-hal artifisial dan furu'.