Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Mahasiswa Bali Ada dalam Pusaran Operasi KGB...

Kompas.com - 16/02/2022, 07:23 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepak terjang Badan Intelijen Uni Soviet (KGB) di masa Perang Dingin selalu punya cerita. Salah satunya bahkan melibatkan seorang mahasiswa asal Bali, Made Odantara.

Peristiwa itu dimulai pada 1958. Saat itu Made Odantara kuliah di Universitas Lumumba, Moskwa, hingga lulus pada 1963.

Singkat cerita, saat itulah Made Odantara terpikat oleh seorang perempuan Uni Soviet yang tidak diketahui namanya. Ternyata sang perempuan merupakan agen intelijen yang dibina oleh Kementerian Kebudayaan Uni Soviet.

Made Odantara yang saat itu sudah kadung cinta dengan sang pujaan hati diperdaya oleh intelijen Soviet untuk mencuri rahasia industri Jepang. Kebetulan Made Odantara akan melanjutkan studi ke Jepang.

Baca juga: Paspor Palsu WN Iran Kuak Dugaan Operasi Intelijen Asing di Indonesia

Sebelum kembali ke Indonesia, KGB mendesak Made Odantara meneken perjanjian untuk bersedia menyuplai informasi kepada agen Uni Soviet jika sudah berada di Jepang.

"Selama belajar di Jepang nanti akan mengumpulkan informasi mengenai perindustrian di Jepang untuk diserahkan kepada pihak Soviet," begitu kira-kira isi perjanjian yang ditandatangani Made.

Made Odantara lalu pulang dan pergi ke Kedutaan Uni Soviet di Jakarta. Dia dilatih untuk melakukan operasi intelijen untuk menyerahkan rahasia industri Jepang kepada agen intelijen Soviet.

Setelah pulang dari Moskwa dan kembali ke Indonesia, Made Odantara melanjutkan pendidikan di Jepang sambil bekerja pada 1964. Saat di Negeri Sakura, dia mengikuti pelatihan kerja di pabrik Shinetsu Polymer Co. di Saitama dan Kyodo Chemical Industry Co. di Katsushika.

Baca juga: Mengenal Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Kuliah Gratis dan Jadi CPNS

Saat itulah dia rajin mengirimkan berbagai informasi rahasia industri Jepang kepada sejumlah agen intelijen Soviet. Para mata-mata Soviet yang beroperasi di Jepang itu bernama Vyachevlov Aleesevich Solovyev dan Lvanovich Vladimir Solovyev.

Para mata-mata Soviet beroperasi di Jepang dengan menggunakan kedok sebagai perwakilan perdagangan.

Made Odantara menyelundupkan informasi kepada agen Soviet dengan beragam cara. Pertemuan rahasia antara kedua belah pihak kerap dilakukan di lobi atau restoran hotel, taman, pusat perbelanjaan, hingga kedai kopi.

Kecurigaan aparat keamanan Jepang terhadap gerak-gerik Made Odantara dimulai dari observasi seorang detektif di Kepolisian Tokyo. Sang detektif sempat melihat cara menyetir Made Odantara yang menurut dia tidak wajar karena mengambil jalan berputar-putar untuk mencapai suatu lokasi. Selain itu, cara mengemudi Made Odantara terlihat tidak rapi.

Alhasil, sang detektif membuntuti mobil yang dikemudikan Made Odantara hingga tiba di Hotel Fairmont. Di sana, Made Odantara bertemu dengan seorang lelaki kulit putih yang duduk di sebuah meja dekat lobi hotel.

Baca juga: Jaksa Agung Perintahkan Operasi Intelijen untuk Berantas Mafia Pelabuhan

Saat itulah sang detektif melihat Made Odantara memberikan surat kabar yang sudah dilipat kepada lelaki kulit putih itu. Tidak lama kemudian, lelaki kulit putih yang rupanya seorang mata-mata Soviet memberikan uang lewat kolong meja kepada Made Odantara.

Made Odantara langsung pergi setelah menerima uang itu. Sang detektif kemudian melaporkan aktivitas itu kepada dinas rahasia Jepang.

Agen dinas rahasia Jepang kemudian membuntuti Made Odantara. Akhirnya, pada 11 Mei 1969, aparat Jepang menangkap Made Odantara dan membongkar aksi spionase Uni Soviet.

Penangkapan Made Odantara sempat membuat geger masyarakat Jepang dan Indonesia.

Berita ini sudah tayang di surat kabar KOMPAS edisi 9 Agustus 1981 dengan judul "Sekitar kegiatan spionase KGB: Kisah tertangkapnya Made Odantara".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com