Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa Demokrat Jadi Kuda Hitam pada Pemilu 2024

Kompas.com - 08/02/2022, 08:56 WIB
Ardito Ramadhan,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

Pangi mengatakan, partai oposisi dapat meraih momentum untuk merebut suara jika berhasil mengambil simpati dan sentimen rakyat ketika partai pemerintah meredup.

Menurut Pangi, Demokrat semestinya mengikuti PDI Perjuangan yang menurutnya memainkan peran seabgai oposisi secara lebih terang selama 10 tahu masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca juga: AHY ke Kader Demokrat: Lebih Baik Kita Menjadi Kuda Hitam, Tidak Diperhitungkan tapi Menang

Ia melanjutkan, elektabilitas Demokrat juga dapat terdongkrak jika AHY menjadi salah satu calon presiden pada Pilpres 2024 sehingga Demokrat memperoleh efek ekor jas.

"Jalan satu-satunya agar demokrat leading menjadi partai pemenang pemilu, mengulangi sejarah lama, maka AHY harus bisa berhasil menjadi capres, kalau soal kalah dan memang saya pikir itu konteks lain," ujar Pangi.

Kendati demikian, Pangi menilai, pernyataan AHY yang meminta agar kader Demokrat tidak terlena dengan hasil survei yang menempatkan Demokrat di papan atas sudah tepat.

Sebab, di satu sisi, survei memang dapat menjadi penyemangat bagi partai untuk meraih kemenangan, tetapi di sisi lain juga bisa membuat partai menjadi jumawa dan terlena.

"Momentum ini yang biasa dimanfaatkan lawan politik ketika terlena menjadi kuda hitam, kompetitor yang tadinya enggak dianggap atau diremehkan menjadi sang penantang yang kuat, tiba-tiba menjadi kuda hitam," kata Pangi.

Pernah Berjaya

Meski saat ini AHY berharap Demokrat menjadi kuda hitam pada Pemilu 2024, partai ini sebenarnya memiliki sejarah yang cukup baik dalam kontestasi pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

Ketika pertama kali mengikuti Pemilu pada 2004, Demokrat sukses meraih 7,45 persen suara dan mengantarkan salah satu pendirinya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menduduki kursi presiden.

Lima tahun menjadi partai penguasa, perolehan suara Demokrat pada 2009 melonjak drastis menjadi 20,85 persen dan menjadi partai pemilik kursi terbanyak di parlemen, SBY pun kembali terpilih menjadi presiden.

Namun, pada periode kedua pemerintahan SBY inilah Demokrat mulai diguncang oleh kelakuan kadernya sendiri.

Satu demi satu kader Demokrat masuk bui karena terlibat kasus korupsi, antara lain anggota DPR Angleina Sondakh, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Menteri ESDM Jero Wacik, Bendahara Umum Nazaruddin, hingga Ketua Umum Anas Urbaningrum.

Baca juga: AHY Minta Kader Demokrat Hindari Politik Identitas, Harganya Terlalu Mahal

Kasus korupsi yang menerpa Demokrat berdampak pada perolehan suara partai berlogo bintang mercy itu yang turun menjadi 10,19 persen pada Pemilu 2014.

Lima tahun berselang, setelah Demokrat berada di luar pemerintahan, suara Demokrat kembali turun menjadi 7,77 persen.

Pada 2021, Demokrat kembali dirundung masalah setelah timbulnya upaya kudeta kursi ketua umum Partai Demokrat yang dimotori sejumlah kader dan melibatkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Drama di internal Demokrat itu menjadi salah satu isu yang disorot sepanjang 2021 meski pada akhirnya upaya kudeta tersebut kandas di meja hijau.

Kini, Demokrat tengah fokus menghadapi Pilpres 2024 di mana sejumlah survei menunjukkan elektabilitas Demokrat cenderung bertambah dibandingkan pemilu sebelumnya dan berada di papan atas.

Hal itulah akhirnya yang membuat AHY meminta kader-kadernya untuk tidak terlena dan lebih baik menjadi kuda hitam yang tidak diperhitungkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com