Omicron diprediksi dominan di Prancis
Dunia saat ini tengah was-was terhadap varian Omicron. Perancis misalnya, telah memperingatkan bahwa Omicron akan menjadi varian Covid-19 yang dominan di negara tersebut.
Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran pada Rabu (22/12/2021) memperingatkan, kasus Covid-19 bisa melonjak hingga 100.000 kasus karena varian Omicron yang menular dengan cepat.
Veran mengatakan, dia memperkirakan 22-23 juta vaksin Covid-19 dosis booster akan diberikan pada Natal.
Baca juga: 11 Pasien Baru Covid-19 akibat Omicron Berasal dari Jepang, Turki, Korsel, dan Arab Saudi
“Tujuannya bukan untuk mengurangi kecepatan penyebaran virus karena variannya terlalu menular. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko kasus serius yang membebani rumah sakit,” kata Veran kepada BFM TV.
“Inilah mengapa kami bergerak cepat pada vaksinasi (dosis) booster,” imbuh Veran.
Munculnya varian Omicron telah memicu berbagai respons di Eropa. Jerman, Skotlandia, Irlandia, dan Belanda adalah di antara negara-negara yang telah menerapkan kembali lockdown parsial atau penuh atau tindakan jarak sosial lainnya.
Baca juga: 3 Prajurit TNI AD di Balik Tewasnya Handi-Salsa di Nagreg, Salah Satunya Seorang Kolonel
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, tidak akan memperkenalkan pembatasan baru di Inggris sebelum Natal. Tetapi dia mungkin perlu bertindak setelah itu.
Saat ini, Perancis melaporkan sekitar 70.000 kasus Covid-19 harian saat memerangi gelombang kelima.
Veran menuturkan, Omicron akan menjadi varian Covid-19 yang dominan di Perancis pada awal Januari.
Baca juga: Pesan Kyai Sepuh dan Landing yang Damai Bagi Yahya Staquf-Said Aqil....
Selama berbulan-bulan, Perancis mewajibkan izin kesehatan bagi orang-orang untuk memasuki bar, restoran, museum, dan tempat hiburan lainnya.
Dalam beberapa hari terakhir, Perancis telah menutup kelab malam dan membatalkan pertunjukan kembang api Malam Tahun Baru.
Perancis mencatat 210 kematian akibat Covid-19 di rumah sakit pada Selasa (21/12/2021) menjadikan total kematian akibat Covid-19 di negara itu sebanyak 94.913 jiwa.