Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Tekankan Pentingnya Mitigasi untuk Antisipasi Penyebaran Varian Omicron

Kompas.com - 16/12/2021, 09:01 WIB
Mutia Fauzia,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti genomik molekuler Riza Arief Putranto menekankan pentingnya mitigasi dalam mengantisipasi penyebaran varian baru virus corona B.1.1.529 atau Omicron. Sebab, varian tersebut telah tersebut telah terdeteksi di 76 negara.

Meski Omicron diklaim belum masuk ke Indonesia, namun Riza mengatakan perlu dilakukan pengawasan yang ketat terkait perkembangan kasus. Selain itu, dia meminta masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Mitigasi itu penting, anggap saja sudah di sini. Berarti prokesnya yang ketat," kata Riza dalam diskusi bertajuk Balada Omicron yang Diremehkan, yang digelar Pandemic Talks, Rabu (15/12/2021) malam.

Baca juga: Kemenkes: 76 Negara Laporkan Temuan Kasus Covid-19 Varian Omicron

Menurut Riza, masyarakat sebaiknya beranggapan varian muncul pertama kali di Afrika Selatan itu sudah masuk di Indonesia.

"Sekarang semua orang beraktivitas dan kita enggak bisa melarang itu, karena banyak keperluan-keperluan, tapi kedisiplinan prokes itu harus didorong," jelas dia.

Riza menjelaskan, kehati-hatian diperlukan lantaran informasi mengenai varian Omicron masih sangat sedikit.

Kendati belum terdeteksi di Indonesia, tetapi sudah ada belasan ribu kasus yang disebabkan varian Omicron di puluhan negara.

Sementara, banyak orang beranggapan pandemi sudah terkendali. Padahal di beberapa negara, kasus varian Omicron justru menjadi dominan dan menggeser varian Delta yang sempat membuat layanan kesehatan nyaris kolaps.

"Yang kita tahu, variannya namanya Omicron, B.1.1.529 itu lineage-nya, dinyatakan berisiko sangat tinggi karena kecenderungan tingkat transmisinya tinggi oleh WHO, karena WHO memutuskan berdasarkan data-data di Afrika Selatan," jelas Riza.

Hal yang perlu diperhatian, virus corona Omicron B.1.1.529 masih terus berkembang. Saat ini, terdapat dua kelompok varian Omicron yang terdeteksi, yakni BA.1 dan BA.2.

BA.2 dianggap lebih sulit dideteksi karena secara genetis cukup berbeda dengan lineage Omicron BA.1.

"Ada dua jenis (varian Omicron), BA.1 ini perilaku agak berbeda dengan BA.2. Perilaku ini titik mutasi, jumlahnya berbeda, letaknya berbeda, artinya varian ini sedang dicari asal muasalnya, dari mana, dan perlu berapa kali siklus transmisi untuk mendapat varian seperti Omicron," jelas Riza.

Baca juga: Wamenkes Ungkap 72 Negara Terdeteksi Varian Omicron, Terbanyak di Afrika Selatan

Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, per Rabu (15/12/2021), tercatat 76 negara melaporkan kasus Covid-19 dari varian virus Corona B.1.1.529 atau Omicron.

Nadia mengatakan, kasus Covid-19 dari Varian Omicron ditemukan dari para pelaku perjalanan internasional dan transmisi komunitas.

"WHO mengungkapkan per tanggal 13 Desember sudah ada 76 negara yang melaporkan telah menemukan kasus Omicron baik yang diperoleh dari para pelaku perjalanan maupun yang diperoleh dari komunitas," kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual terkait PPKM, Rabu (15/12/2021).

***

Catatan redaksi: Artikel ini telah diperbaiki terkait kesalahan penulisan atribusi narasumber Riza Arief Putranto. Atas kesalahan ini redaksi meminta maaf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com