Banyak petinggi Partai Demokrat menginginkannya untuk mencalonkan diri pada tahun 2016 atau 2020, tapi Andrew ternyata tidak pernah melangkah terlalu jauh, persis seperti bapaknya.
Andrew Cuomo nampaknya lebih memilih dan boleh jadi cukup terobsesi untuk bersiap-siap menorehkan prestasi tiga periode sebagai Gubernur New York, ketimbang masuk laga presidensial.
Dengan kata lain, Andrew lebih terobsesi membangun dinasti politik di sana. Cukup bisa dipahami memang, ada banyak dinasti politik di masa lalu di New York.
Kalau kita kembali ke awal masa Amerika Serikat era Republik, atau bahkan sebelumnya, ada setumpuk dinasti politik yang bergilir kekuasaan di New York.
Ada The Livingstons dinasty, ada the Clinton, the Hamilton, Van Burens, Wagners, the Roosevelts, dan the Kennedy.
Tapi di tangan Andrew Cuomo, yang bersiap-siap maju untuk ketiga kalinya, bayi dinasti politik itu tercederai oleh kasus pelecehan seksual, lalu ia memilih mundur sebagai Gubernur New York beberapa waktu lalu. Dan Andrew Cuomo pun tamat.
Entah apa kata Anies Baswedan ketika Andrew Cuomo tersengat kasus pelecehan seksual dan mundur teratur beberapa waktu lalu?
Sepengetahuan saya, semua langkah yang diambil Anies Baswedan di awal masa pandemik, adalah langkah yang diambil oleh Andrew Cuomo di New York, yang kerab bertentangan atau mendahului kebijakan Donald Trump, layaknya Anies yang mendahului wacana-wacana pandemik Jokowi.
Di saat awal pandemik itu, saya melihat betapa miripnya Anies Baswedan dengan Andrew Cuomo, baik dalam kebijakan maupun dalam konstelasi persaingan politik New York dan Gedung Putih.
Tapi Anies tidak berasal dari keluarga yang pernah menjadi Gubernur Jakarta sebelumnya. Anies tidak punya pendahulu familial seperti Mario Cuomo di New York.
Brand Anies berawal dari Upaya Solo karir, mirip start up politik, yang kemudian berhasil menerbitkan saham seri A atau B, lalu diboyong investor, yang membuatnya berhasil menjadi menteri, lalu menduduki bangku Gubernur DKI.
Kendati demikian, Brand Anies terlihat sangat independen. Anies bahkan lebih mirip John Mccain (yang juga gagal jadi presiden karena kalah oleh Obama-Biden), lebih kental nuansa "maverick"-nya ketimbang nuansa partai pendukungnya.
Tapi dikaitkan dengan Duo Cuomo, Anies justru punya kemiripan dengan Mario Cuomo, ayah Andrew Cuomo.
Anies mampu berkilah dengan logika-logika, lalu diibadahi oleh para pendukungnya, layaknya Mario Cuomo menyetrum titik cinta di dalam hati para pendukung partai demokrat di tahun 1980an.
Bahkan kata seorang kawan tentang Anies beberapa waktu lalu, "lidah Anies itu lo!!."