Sangat janggal jika dana kunjungan ke Dapil ditingkatkan, toh kunjungan anggota DPRD DKI hanya di sekitaran Jakarta. Terjauh adalah yang memiliki Dapil di Kepulauan Seribu.
Kondisi tersebut berbeda dengan anggota DPR-RI yang harus kembali ke Dapil di berbagai belahan tanah air.
Urgensi mobil dinas yang selau berganti setiap periode DPRD di Bantul pun juga menyiratkan tanya.
Betapa “berat” dan “mulianya” anggota Dewan yang selalu berkeliling ke seantero Kabupaten Bantul menolong warganya sehingga mempercepat keausan kendaraan dinas.
Demikian juga halnya dengan tunjangan perumahan anggota DPRD Kota Manado dan DPRD Kabupaten Karangasem.
Semakin menabalkan bahwa merekalah yang harus diperhatikan terlebih dahulu soal kecukupan sandang, pangan dan papan ketimbang rakyat yang diwakilinya.
Membincangkan anggota Dewan yang selalu berjargon memperjuangkan apirasi wong cilik atau komitmen eksekutif yang akan membuat maju kotanya dan membahagia warganya, saya jadi teringat dengan Nasruddin Hodja.
Nasruddin Hodja merupakan seorang sufi satirikal dari Dinasti Seljuk.
Hodja diperkirakan hidup dan wafat di sekitaran abad ke-13 di Akshehir dekat Konya, ibu kota dari Kesultanan Rûm Seljuk. Tepatnya berada di Turki.
Semasa hidupnya, Nasruddin Hodja dianggap sebagai filsuf dan orang bijak. Dikenal dengan kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu.
Hodja muncul dalam ribuan cerita. Terkadang jenaka dan pintar.
Terkadang pula bijak, tetapi sering juga bersikap bodoh atau menjadi bahan lelucon. Setiap kisah Nasruddin Hodja mengandung humor cerdas dan mendidik.
Ini salah satunya: Seorang teman meminta bantuan Nasruddin Hodja untuk membelanya di pengadilan.
“Nanti, tolong bilang pada hakim bahwa aku sudah membayar 10 keping emas,” pinta temannya.
Nasruddin setuju dan saat hakim menanyainya, Nasruddin menjawab dengan mantap.
“Betul, ia sudah membayar 10 keping perak.”
Teman Nasruddin protes. “Kenapa kau menyebutkan perak? Bukankah aku sudah bilang, seharusnya emas!” bisiknya agak keras.
Nasruddin memandangi temannya dengan rasa heran.
“Dalam sebuah kebohongan, tak ada bedanya jika aku menyebut emas atau perak kan? Toh ini Cuma bohongan?”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.