Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Aji Mumpung: Tunjangan, Mobil Dinas, Dana Dapil, Keruklah Selagi Bisa!

Kompas.com - 07/12/2021, 16:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sangat janggal jika dana kunjungan ke Dapil ditingkatkan, toh kunjungan anggota DPRD DKI hanya di sekitaran Jakarta. Terjauh adalah yang memiliki Dapil di Kepulauan Seribu.

Kondisi tersebut berbeda dengan anggota DPR-RI yang harus kembali ke Dapil di berbagai belahan tanah air.

Urgensi mobil dinas yang selau berganti setiap periode DPRD di Bantul pun juga menyiratkan tanya.

Betapa “berat” dan “mulianya” anggota Dewan yang selalu berkeliling ke seantero Kabupaten Bantul menolong warganya sehingga mempercepat keausan kendaraan dinas.

Demikian juga halnya dengan tunjangan perumahan anggota DPRD Kota Manado dan DPRD Kabupaten Karangasem.

Semakin menabalkan bahwa merekalah yang harus diperhatikan terlebih dahulu soal kecukupan sandang, pangan dan papan ketimbang rakyat yang diwakilinya.

Membincangkan anggota Dewan yang selalu berjargon memperjuangkan apirasi wong cilik atau komitmen eksekutif yang akan membuat maju kotanya dan membahagia warganya, saya jadi teringat dengan Nasruddin Hodja.

Nasruddin Hodja merupakan seorang sufi satirikal dari Dinasti Seljuk.

Hodja diperkirakan hidup dan wafat di sekitaran abad ke-13 di Akshehir dekat Konya, ibu kota dari Kesultanan Rûm Seljuk. Tepatnya berada di Turki.

Semasa hidupnya, Nasruddin Hodja dianggap sebagai filsuf dan orang bijak. Dikenal dengan kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu.

Hodja muncul dalam ribuan cerita. Terkadang jenaka dan pintar.

Terkadang pula bijak, tetapi sering juga bersikap bodoh atau menjadi bahan lelucon. Setiap kisah Nasruddin Hodja mengandung humor cerdas dan mendidik.

Ini salah satunya: Seorang teman meminta bantuan Nasruddin Hodja untuk membelanya di pengadilan.

“Nanti, tolong bilang pada hakim bahwa aku sudah membayar 10 keping emas,” pinta temannya.

Nasruddin setuju dan saat hakim menanyainya, Nasruddin menjawab dengan mantap.

“Betul, ia sudah membayar 10 keping perak.”

Teman Nasruddin protes. “Kenapa kau menyebutkan perak? Bukankah aku sudah bilang, seharusnya emas!” bisiknya agak keras.

Nasruddin memandangi temannya dengan rasa heran.

“Dalam sebuah kebohongan, tak ada bedanya jika aku menyebut emas atau perak kan? Toh ini Cuma bohongan?”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com