JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edison Kurniawan memastikan bahwa penerbangan hingga Minggu (5/12/2021) masih normal dan tidak terganggu abu vulkanik erupsi Gunung Semeru.
"Kami melihat tidak ada potensi atau sebaran dari abu vulkanik akibat erupsi Gunung Semeru yang mengganggu penerbangan hingga saat ini. Jadi artinya untuk penerbangan hingga hari ini masih dikatakan normal," kata Edison dalam konferensi pers pasca-erupsi Gunung Semeru secara daring, Minggu (5/12/2021).
Baca juga: Korban Luka akibat Erupsi Semeru Jadi 56 Orang, 35 Alami Luka Berat, 21 Lainnya Luka Ringan
Hal tersebut terlihat berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, termasuk dari data di Stasiun Meteorologi Banyuwangi.
Saat ini, kata Edison, BMKG telah melakukan beberapa pengamatan terkait pengaruh abu vulkanik yang ada di beberapa bandara.
Salah satunya dilakukan melalui uji paper test yang dilaksanakan di masing-masing bandara atau Stasiun Meteorologi BMKG.
"Hasilnya terlihat bahwa hampir sebagian besar itu masih nihil sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan dari abu vulkanik (terhadap penerbangan)," kata dia.
Baca juga: UPDATE: Korban Jiwa akibat Erupsi Semeru Kini 14 Orang, Tambah 1
Meskipun demikian, pihaknya terus memonitor aktivitas Gunung Semeru yang mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021) sore, terutama dalam proses layanan transportasi penerbangan.
Lebih lanjut, kata dia, saat ini BMKG mengamati sebaran abu vulkanik, khususnya di wilayah udara atas yang dapat membahayakan dunia penerbangan.
"Saat ini kami akan terus melakukan monitoring secara intensif terkait sebaran abu vulkanik tersebut," kata Edison.
Baca juga: BNPB Sebut 5.205 Warga Terdampak Erupsi Semeru, 1.300 di Antaranya Mengungsi
Dia menyampaikan, Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) Darwin sudah tidak mengeluarkan peringatan lagi untuk jalur penerbangan.
Sebab, saat ini aktivitas Gunung Semeru normal atau erupsinya terhenti.
"Sehingga informasi sebaran abu vulkanik yang menggunakan model PUFF yang digunakan saat ini kami hentikan terlebih dahulu," ujar dia.
"Namun nanti saat kondisi kembali erupsi, tentunya kami akan kembali memonitor dengan melakukan running model dari model PUFF sehingga dapat diketahui sebaran dari abu vulkanik tersebut," ucap Edison.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.