Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Greenpeace Kecewa Hasil COP26, Duga Ada Lobi-lobi di Menit Akhir

Kompas.com - 15/11/2021, 15:45 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak kecewa dengan hasil KTT perubahan iklim World Leaders Summit COP26 di Glasgow, Skotlandia beberapa hari yang lalu.

Leonard mengatakan, mestinya hasil COP26 ini memperjelas peta jalan untuk mencapai tujuan utama agar suhu Bumi dibatasi pada 1,5 derajat celsius pada 2100 atau paling tinggi 2 derajat celsius.

"Tapi ternyata hasilnya cukup mengecewakan, karena kemudian kesepakatan yang dihasilkan walaupun di beberapa hal mengafirmasi bahwa 1,5 derajat Celcius yang harus dicapai, tetapi dalam hal-hal spesifik, target spesifiknya masih lemah," kata Leonard dalam dalam konferensi pers secara virtual soal Kesepakatan Final COP26 yang Jauh dari Harapan, Senin (15/11/2021).

Baca juga: COP26 Rampung, Diwarnai Drama Batu Bara di Menit-menit Terakhir

Leonard mengatakan, pihaknya melihat adanya lobi-lobi di menit akhir dalam pertemuan tersebut yang dilakukan negara-negara besar yang memiliki industri fosil, minyak, dan gas, seperti India, Arab Saudi dan Australia.

Negara-negara itu melobi untuk menghasilkan kompromi sehingga target sasaran dari pertemuan tersebut menjadi lemah.

"Padahal sebenarnya kita harus benar-benar di (COP26) Glasgow itu menghasilkan kesepakatan global yang benar-benar seharusnya berdasarkan bukti saintifik," ujarnya.

Ia mengatakan, bukti saintifik menunjukkan bahwa perubahan fundamental harus dilakukan terhadap ekonomi global agar dunia tidak menuju pada bencana iklim permanen.

Perubahan tersebut, lanjutnya, dilakukan dengan menghentikan deforestasi dan menghentikan penggunaan industri fosil seperti PLTU batu bara.

"Indonesia sendiri sebenarnya dalam perundingan dua minggu yang lalu termasuk negara yang mempunyai komitmen untuk menutup operasi PLTU secara bertahap," tuturnya.

Lebih lanjut, Leonard juga menyayangkan, keputusan COP26 memberi ruang kepada industri PLTU batu bara untuk menggunakan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) guna menekan emisi CO2 dari PLTU tersebut.

Menurutnya, teknologi tersebut belum terbukti kelayakannya dan membutuhkan biaya yang mahal.

"Nah ini salah satu hasil lobi dari industri batubara. ini kita sayangkan ada dalam keputusan COP26 dan memperlemahnya," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Polandia, Vietnam, Chile dan ratusan negara lain berjanji menghentikan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara (PLTU) dan berhenti membangun pembangkit listrik baru.

Kesepakatan itu disampaikan tuan rumah KTT COP26 pada Kamis (4/11/2021) itu akan mengikat 190 negara untuk berhenti menggunakan bahan bakar batu bara.

Dilansir dari Reuters, Kamis (4/11/2021), batu bara adalah bahan bakar fosil yang paling berpolusi dan emisi gas rumah kaca dari pembakarannya berkontribusi paling besar terhadap perubahan iklim.

Menghentikan penggunaan batu bara, dipandang penting untuk mencapai target iklim yang disepakati secara global.

Baca juga: Hasil COP26: Mengecewakan, Kurang Ambisius, tetapi Lumayan Ada Kemajuan

Dalam kesepakatan yang ditandatangani di COP26, negara-negara berkomitmen akan menghentikan investasi untuk pembangkit batu bara, baik di dalam dan luar negeri.

"Selain itu, negara-negara kaya juga berjanji menghapus pembangkit listrik berbahan bakar batu bara pada tahun 2030-an, dan untuk negara-negara miskin di tahun 2040-an," kata pemerintah Inggris.

"Akhir dari batu bara sudah di depan mata. Dunia bergerak ke arah yang benar, menghentikan penggunaan batu bara dan merangkul manfaat lingkungan dan ekonomi yang didukung energi bersih untuk masa depan," imbuh sekretaris bisnis dan energi Inggris Kwasi Kwarteng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com