Wilayah pulau-terpencil terpencil pun telah dijelajahi dalam percepatan vaksinasi Covid-19.
Akan tetapi, Yudo dinilai memiliki catatan tersendiri dengan adanya peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang menelan korban 53 prajurit.
Meski demikian, dalam mengimplementasikan manajamen insiden, Yudo dianggap mampu mengatasi peristiwa tersebut secara cepat.
Baca juga: TNI AL Bantah soal Deklarasi Dukungan kepada Yudo Margono Jadi Calon Panglima
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai, proses pengisian jabatan Panglima TNI kali ini tampak adanya situasi yang kurang sehat.
Hal itu terjadi karena hadirnya beragam "kampanye" dan aksi dukung-mendukung yang cenderung berlebihan, termasuk dari kalangan politisi.
"Padahal kita tahu bahwa pengusulan Panglima TNI merupakan hak dan kewenangan Presiden. Tidak ada yang boleh dan bisa mendikte Presiden," kata dia.
Baca juga: Arus Perubahan Kian Cepat, Panglima TNI: Soliditas TNI-Polri Sangat Penting
Menurut Fahmi, dampak adanya narasi "kampanye" keunggulan masing-masing kandidat justru membuat panglima TNI berikutnya sulit terbebas dari komitmen-komitmen politik sektoral.
Selain itu, hal itu juga akan menjadi ganjalan bagi TNI untuk secara fair berjarak dengan kekuatan politik yang sebelumnya getol mendukung panglimanya.
Ia pun mengingatkan mengenai salah satu agenda reformasi, yakni menjadikan TNI sebagai alat negara yang profesional dan mumpuni dalam menegakkan kedaulatan dan keamanan nasional.
Caranya adalah dengan membatasi peran dan pelibatannya di luar agenda politik negara. Apalagi dalam urusan politik sektoral, bahkan elektoral.
Baca juga: Soal Bursa Panglima TNI, Pimpinan DPR: Semuanya Oke, Mumpuni, dan Layak
Karena itu, yang menjadi keprihatinan saat ini adalah masih adanya pihak-pihak yang seakan bisa mendikte Presiden Joko Widodo dalam menentukan panglima berikutnya.
"(Dengan) mendorong dan membentuk persepsi publik bahwa hanya ada satu nama yang layak dan dipastikan akan diusulkan oleh Presiden," imbuh dia.
Di samping itu, Fahmi mengingatkan para kandidat penerus Hadi agar tak "genit" memperkuat peluang agar bisa dipilih Jokowi.
"Saya sering mengingatkan agar instrumen atau kekuatan politik dan para bakal calon ini tidak bergenit-genit memperkuat peluang untuk dipilih Presiden," ujar Fahmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.