JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyinggung sikap junta militer Myanmar yang tidak menyambut baik tawaran bantuan dari negara-negara ASEAN agar negara tersebut keluar dari krisis politiknya.
Hal itu ia sampaikan saat menghadiri KTT ASEAN ke-39 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (26/10/2021).
Menurut Jokowi, ASEAN sangat berharap demokrasi melalui proses yang inklusif di Myanmar dapat segera dipulihkan.
"Rakyat Myanmar memiliki hak untuk hidup dalam damai dan sejahtera. Saat pertemuan Leader's Meeting di Jakarta pada 24 April lalu, ada optimisme bahwa sebagai satu keluarga, ASEAN akan dapat membantu Myanmar keluar dari krisis politiknya," ujar Jokowi, dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden.
Baca juga: Pemimpinnya Dilarang Muncul, Junta Militer Myanmar Boikot KTT ASEAN
“Sayangnya, uluran tangan keluarga ini tidak disambut baik oleh militer Myanmar. Akses yang diminta oleh utusan khusus ASEAN sampai saat-saat akhir KTT masih belum diberikan oleh militer Myanmar,” tutur dia.
Dia menuturkan, keputusan ASEAN untuk mengundang Myanmar pada tingkat nonpolitik dan memberikan kesempatan bagi negara itu untuk menyelesaikan isu dalam negerinya terlebih dahulu merupakan keputusan yang berat.
Jokowi menuturkan, ASEAN tetap menjaga penghormatan terhadap prinsip non-interference, namun di sisi lain prinsip-prinsip lain dalam Piagam ASEAN wajib dijunjung tinggi.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain demokrasi, good governance, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan pemerintah yang konstitusional.
Meski tawaran bantuan belum disambut baik, Jokowi menegaskan, uluran tangan tetap harus ditawarkan kepada Myanmar.
"Termasuk pemberian bantuan kemanusiaan kepada rakyat Myanmar. Ini adalah komitmen keluarga untuk membantu anggota keluarganya," tuturnya.
Baca juga: KTT ASEAN Ke-38 dan 39 Dimulai Tanpa Perwakilan Junta Militer Myanmar
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengungkapkan bahwa 2021 bukan tahun yang mudah bagi ASEAN.
Pasalnya, situasi global sangat dinamis akibat rivalitas antara kekuatan besar menjadi semakin mengemuka.
Oleh karenanya, Jokowi meminta agar ASEAN tidak hanyut dengan jargon-jargon yang membuat terlena.
Jokowi mengajak negara-negara ASEAN bekerja keras untuk memperkuat kesatuan dan sentralitas ASEAN.
"Kita harus segera memperkuat kapasitas dan efektivitas kelembagaan ASEAN,” tegasnya.
Baca juga: Menlu Retno Sebut ASEAN Hanya Undang Perwakilan Non-politis Myanmar di KTT