Mencermati rentetan survei longitudinal SMRC, tampak jelas dari ketiga kepala daerah, sejak 2020 hingga kini, masih menjadi rujukan. Dari ketiganya, tampak jika Ganjar paling signifikan perluasan basis dukungannya.
Sebelumnya, survei-survei sejenis, seperti yang dilakukan Charta Politika pada Agustus 2021, juga menempatkan trio kepala daerah tersebut dalam papan atas persaingan.
Dengan segenap capaiannya itu, apakah ketiga kepala daerah praktis bakal merajai arena kontestasi politik Pemilu 2024?
Sekali lagi, becermin pada hasil survei, tidak serta-merta demikian. Merujuk pada hasil survei SMRC, misalnya, terdapat 42 sosok yang dirujuk masyarakat masih potensial sebagai presiden.
Baca juga: Survei Indikator: Elektabilitas Prabowo 26,2 Persen, Disusul Ganjar dan Anies
Dengan meminjam model perhitungan "concentration ratio" dan ukuran "derajat kompetisi" yang banyak digunakan para ekonom saat mencermati pasar industri, misalnya, menunjukkan "pasar" pertarungan jabatan kepresidenan masih longgar.
Rasio konsentrasi empat pelaku terbesar (CR4) ataupun delapan pelaku (CR8) yang terbesar meraih dukungan pemilih, masih dalam kondisi penguasaan yang bersifat moderat.
Apalagi, besaran rasio konsentrasi penguasaan dukungan yang tertuju hanya kepada trio kepala daerah ini, relatif low concentration. Sekalipun dari perbandingan survei periodik tampak membesar, tetapi belum mendominasi.
Masih rendahnya rasio konsentrasi trio kepala daerah ini juga diperkuat dengan derajat kompetisi ajang pemilu yang masih sangat terbuka. Seperti pola kompetisi dalam model pasar persaingan sempurna, kekuatan Ganjar, Anies, ataupun Ridwan Kamil, tidak dominan.
Ketiganya masih belum memiliki kekuatan yang signifikan dalam mendeterminasi para calon pemilih.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: PDI-P Puncak Elektabilitas Parpol, Gerindra Runner Up
Akan tetapi, sekalipun belum dominan, kehadiran trio gubernur ini menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dicermati selanjutnya. Pasalnya, ketiga gubernur ini sudah memiliki “patron” yang menjadi rujukan arah peningkatan karier politik mereka.
Tampilnya Joko Widodo sebagai presiden dalam Pemilu 2014 jelas tidak lepas dari posisi sebelumnya sebagai kepala daerah.
Tepat pada Oktober 2012, saat baru saja dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi telah banyak dirujuk sebagai calon presiden pilihan masyarakat. Hasil survei Litbang Kompas saat itu menempatkan ia dalam posisi teratas, dirujuk oleh 17,8 persen responden.
Proporsi keterpilihan sebesar itu di atas capaian Prabowo Subianto, Megawati Sukarnoputri, Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Wiranto, Surya Paloh, dan sederet tokoh lainnya yang juga dirujuk publik.