Jika dicermati, proporsi dukungan terhadap Jokowi dan juga tokoh-tokoh politik papan atas elektabilitas agak mirip dengan kondisi saat ini, belum sedemikian terkonsentrasi. Derajat persaingan antartokoh rujukan masih sedemikian ketat.
Namun, sekitar setahun jelang Pemilu 2014, Jokowi mampu mendongkrak basis dukungannya secara signifikan. Pada survei Litbang Kompas di bulan Juni 2013, misalnya, derajat keterpilihannya sudah mencapai 32,5 persen.
Artinya, dibandingkan dengan survei sebelumnya (Desember 2012), surplus dukungan sudah mencapai hampir dua kali lipat.
Capaian spektakuler Jokowi sekaligus mengubah pola konsentrasi di antara calon presiden menjadi semakin terkonsentrasi (high concentration). Sebaliknya, derajat persaingan antartokoh politik kian melemah. Hanya tersisa rival terdekat, Prabowo Subianto.
Dengan capaian tersebut, partai politik mana yang tidak tertarik mencalonkannya? PDI P, yang saat itu juga punya alternatif, pada akhirnya mengusung Jokowi. Apalagi, ia kader partai.
Model karier politik kepresidenan Jokowi menjadi rujukan bagi para kepala daerah. Ganjar Pranowo, dari hasil survei, memang menjadi sosok yang saat ini relatif agak mendekati jejak penguasaan Jokowi.
Hanya persoalannya, apakah Ganjar mampu dalam waktu setahun ke depan melipatgandakan dukungan? Di sinilah ujian terbesar Ganjar.
Pertanyaan yang sama pula terhadap Anies Baswedan, Ridwan Kamil, atau para kepala daerah lain yang belum signifikan derajat keterpilihannya.
Sepanjang peningkatan dukungan spektakuler dalam waktu mendatang tidak terwujud, semakin sulit “tiket” kontestasi kepresidenan dari partai-partai politik mereka kantongi. Artinya, semakin berat pula posisi tawar politik mereka.
Di tengah situasi semacam ini, hanya dorongan semangat yang tersampaikan. Hai gubernur, Anda juga bisa!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.