Salin Artikel

Gubernur Semakin Berpeluang Menjadi Presiden...

Tidak final. Pasalnya, semua kondisi yang menyertai masih terbilang dinamis. Masih banyak pula variabel-variabel yang menggagalkan atau malah justru menguatkannya.

Namun, berdasarkah hipotesis tersebut?

Jelas, ia punya landasan argumentasi yang terbilang kokoh. Hasil survei opini publik yang merangkum preferensi calon pemilih terhadap sosok calon presiden membuktikan. Peluang tokoh-tokoh politik yang berlatar belakang kepala daerah tergolong besar.

Belakangan, sebenarnya ini lebih khusus tertuju pada Ganjar Pranowo, menjadi semakin besar.

Sebaliknya, para tokoh yang berlatar belakang menteri, militer, politisi partai, hingga para tokoh agama geliatnya belum signifikan. Sebagian malah cenderung susut.

Terbaru, survei SMRC yang baru saja dipublikasikan membuktikannya. Trio kepala daerah: Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil, masih menjadi rujukan publik.

Menurut rilis SMRC, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada posisi kedua, setelah Prabowo Subianto. Sebanyak 15,8 persen responden memilihnya.

Posisi keterpilihan Ganjar signifikan meningkat. Pada survei periode sebelumnya (Mei 2021), masih berkisar 12,6 persen.

Prabowo Subianto yang kini meraih 18,1 persen dukungan tampaknya semakin tersaingi. Dalam hitungan margin of error survei, relatif kurang signifikan perbedaannya dengan Ganjar.

Menjadi semakin terancam, tokoh politik kawakan berlatar belakang lengkap: menteri, militer, ketua umum partai, sekaligus pemilik usaha, itu tingkat keterpilihannya kali ini cenderung menurun. Periode sebelumnya, masih 21,8 persen pendukung ia kuasai.

Pada posisi papan atas, tepatnya di posisi ketiga, diduduki Gubernur DKI Anies Baswedan. Dengan dukungan sebesar 11,1 persen, Anies relatif stagnan dalam upaya memperlebar basis dukungan.

Setali tiga uang pada Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Jika pada survei sebelumnya menguasai 4,4 persen dukungan, kini menjadi 3,0 persen.


Mencermati rentetan survei longitudinal SMRC, tampak jelas dari ketiga kepala daerah, sejak 2020 hingga kini, masih menjadi rujukan. Dari ketiganya, tampak jika Ganjar paling signifikan perluasan basis dukungannya.

Sebelumnya, survei-survei sejenis, seperti yang dilakukan Charta Politika pada Agustus 2021, juga menempatkan trio kepala daerah tersebut dalam papan atas persaingan.

Dengan segenap capaiannya itu, apakah ketiga kepala daerah praktis bakal merajai arena kontestasi politik Pemilu 2024?

Sekali lagi, becermin pada hasil survei, tidak serta-merta demikian. Merujuk pada hasil survei SMRC, misalnya, terdapat 42 sosok yang dirujuk masyarakat masih potensial sebagai presiden.

Dengan meminjam model perhitungan "concentration ratio" dan ukuran "derajat kompetisi" yang banyak digunakan para ekonom saat mencermati pasar industri, misalnya, menunjukkan "pasar" pertarungan jabatan kepresidenan masih longgar.

Rasio konsentrasi empat pelaku terbesar (CR4) ataupun delapan pelaku (CR8) yang terbesar meraih dukungan pemilih, masih dalam kondisi penguasaan yang bersifat moderat.

Apalagi, besaran rasio konsentrasi penguasaan dukungan yang tertuju hanya kepada trio kepala daerah ini, relatif low concentration. Sekalipun dari perbandingan survei periodik tampak membesar, tetapi belum mendominasi.

Masih rendahnya rasio konsentrasi trio kepala daerah ini juga diperkuat dengan derajat kompetisi ajang pemilu yang masih sangat terbuka. Seperti pola kompetisi dalam model pasar persaingan sempurna, kekuatan Ganjar, Anies, ataupun Ridwan Kamil, tidak dominan.

Ketiganya masih belum memiliki kekuatan yang signifikan dalam mendeterminasi para calon pemilih.

Akan tetapi, sekalipun belum dominan, kehadiran trio gubernur ini menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dicermati selanjutnya. Pasalnya, ketiga gubernur ini sudah memiliki “patron” yang menjadi rujukan arah peningkatan karier politik mereka.

Tampilnya Joko Widodo sebagai presiden dalam Pemilu 2014 jelas tidak lepas dari posisi sebelumnya sebagai kepala daerah.

Tepat pada Oktober 2012, saat baru saja dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi telah banyak dirujuk sebagai calon presiden pilihan masyarakat. Hasil survei Litbang Kompas saat itu menempatkan ia dalam posisi teratas, dirujuk oleh 17,8 persen responden.

Proporsi keterpilihan sebesar itu di atas capaian Prabowo Subianto, Megawati Sukarnoputri, Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Wiranto, Surya Paloh, dan sederet tokoh lainnya yang juga dirujuk publik.


Jika dicermati, proporsi dukungan terhadap Jokowi dan juga tokoh-tokoh politik papan atas elektabilitas agak mirip dengan kondisi saat ini, belum sedemikian terkonsentrasi. Derajat persaingan antartokoh rujukan masih sedemikian ketat.

Namun, sekitar setahun jelang Pemilu 2014, Jokowi mampu mendongkrak basis dukungannya secara signifikan. Pada survei Litbang Kompas di bulan Juni 2013, misalnya, derajat keterpilihannya sudah mencapai 32,5 persen.

Artinya, dibandingkan dengan survei sebelumnya (Desember 2012), surplus dukungan sudah mencapai hampir dua kali lipat.

Capaian spektakuler Jokowi sekaligus mengubah pola konsentrasi di antara calon presiden menjadi semakin terkonsentrasi (high concentration). Sebaliknya, derajat persaingan antartokoh politik kian melemah. Hanya tersisa rival terdekat, Prabowo Subianto.

Dengan capaian tersebut, partai politik mana yang tidak tertarik mencalonkannya? PDI P, yang saat itu juga punya alternatif, pada akhirnya mengusung Jokowi. Apalagi, ia kader partai.

Model karier politik kepresidenan Jokowi menjadi rujukan bagi para kepala daerah. Ganjar Pranowo, dari hasil survei, memang menjadi sosok yang saat ini relatif agak mendekati jejak penguasaan Jokowi.

Hanya persoalannya, apakah Ganjar mampu dalam waktu setahun ke depan melipatgandakan dukungan? Di sinilah ujian terbesar Ganjar.

Pertanyaan yang sama pula terhadap Anies Baswedan, Ridwan Kamil, atau para kepala daerah lain yang belum signifikan derajat keterpilihannya.

Sepanjang peningkatan dukungan spektakuler dalam waktu mendatang tidak terwujud, semakin sulit “tiket” kontestasi kepresidenan dari partai-partai politik mereka kantongi. Artinya, semakin berat pula posisi tawar politik mereka.

Di tengah situasi semacam ini, hanya dorongan semangat yang tersampaikan. Hai gubernur, Anda juga bisa!

https://nasional.kompas.com/read/2021/10/19/07313161/gubernur-semakin-berpeluang-menjadi-presiden

Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke