Ketika berusia 23 tahun, Pierre turut berpartisipasi dalam Operasi Dwikora Ganyang Malaysia.
Dia dipercaya untuk memimpin pasukan sukarela gerilyawan ke negara federasi Malaysia.
Dia juga terlibat dalam operasi penyusupan dan sabotase.
Prestasi gemilangnya itu pun membuat karier Pierre melesat hingga dipinang Jendela AH Nasution untuk menjadi ajudannya.
Firasat
Pada 30 September 1965, Pierre sedianya sudah mengajukan cuti libur untuk merayakan ulang tahun ibundanya, Maria Elizabeth Cornet, di Semarang pada keesokan harinya.
Namun, tugas sebagai ajudan yang cukup padat, pada pukul 15.00 WIB pun membuat Pierre masih berada di Jakarta.
Tak disangka bahwa hari itu menjadi hari terakhir Pierre bertugas sebagai ajudan.
Kepulangan untuk merayakan ulang tahun sang bunda dan rencana bahagia untuk menikahi kekasih hatinya, Rukmini, bulan Desember pun tak terlaksana.
Pierre terbilang akrab dan dekat dengan keluarga Jenderal Nasution, tidak terkecuali dengan putri bungsu sang jenderal, Ade Irma Suryani, yang juga turut menjadi korban dalam peristiwa penyerangan tersebut.
Baca juga: Kisah Ibu yang Terpisah dari 7 Anaknya Selama 38 Tahun karena G30S/PKI
Pierre yang kerap kali dipanggil "Om" oleh anak-anak Jenderal Nasution tanpa sengaja berfoto bersama Ade Irma Suryani pada 1 Juli 1965, di acara pernikahan adik Piere, Rooswdiati Tendean di Jakarta.
Tak ada yang menyangka pula bahwa momen tersebut juga menjadi yang terakhir bagi Pierre dan keluarga sebelum diculik Cakra Birawa.
"Pierre sudah menunjukkan dari kecil bahwa 'Saya akan menjadi seseorang' dengan caranya sendiri. Sekarang banyak orang bermimpi terlalu tinggi, sedangkan mereka tidak menginjak tanah. Pierre menginjak tanah bahkan dikubur di dalamnya untuk menjadi orang yang membopong negara ini," ucap Abie.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.