Sebagai aktor tentu ada skenario yang ingin dimainkan. Tentu pula ada sutradara yang men-direct alur permainan aktingnya.
Mudahnya orang percaya hoaks tanpa melakukan verifikasi sungguh memprihatinkan. Media sosial menjad sarana ampuh untuk menyebarkan informasi sesat. Media mainstream pun acap mengikuti gendang para pembuat hoaks. Publik pun terpedaya.
Sejauh ini, penyelesaian kasus-kasus hoaks cenderung sederhana: minta maaf di selembar kertas bermeterai.
Sementara, efek yang ditimbulkan tidak sederhana. Meski permintaan maaf sudah disampaikan dan jalan damai telah disepakati, namun sebaran informasi bohong tersebut tak bisa dihentikan, bahkan terus didaur ulang.
Kabar sesat soal serbuan tenaga kerja asing dari China di Morowali, Sulawesi Tengah, terus kembali muncul dengan edisi yang berbeda-beda. Presiden Jokowi boneka Megawati juga terus berulang muncul.
Reproduksi dan recycle konten-konten sesat menjadi problem untuk bangsa ini. Kementerian Komunikasi dan Informasi seperti mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak selesai-selesai.
Kita pun seolah merendahkan aspek legal dan sosial dari sebuah materai. Nilai Rp 10 ribu materai menjadi kehilangan makna. Segala sesuatu bisa diselesaikan dengan ceban, meminjam bahasa Mandarin dialek Hokkian untuk uang sebesar Rp 10.000.
Bung Karno pernah berujar, "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”
Persoalan yang dihadapi bangsa ini tidak rampung ketika kita merdeka dan berhasil mengenyahkan penjajah. Persoalan politik, ekonomi, sosial, keadilan dan lain-lain yang dihadapi dewasa ini begitu menguji rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Walau penyebar hoaks soal 1.000 persen Ibu Megawati sakit kritis dan koma belum meminta maaf sampai sekarang, saya yang merasa malu kiranya ikut beruluk salam maaf.
Orang tua dan leluhur telah mengajarkan, “Sak bejo-bejone wong kang lali isi bejo wong kang eling lan waspodo.”
Manusia yang memahami asal muasal dan tujuan penciptaan, akan selalu mengingat Tuhan (eling), menjauhi larangan, melaksanakan perintahNya dan berikhtiar di jalan kebenaran (waspada).
Saya atas nama anak bangsa yang begitu merendahkan nilai-nilai keluhuran hidup, termasuk penyebar hoaks 1.000 persen Ibu sakit kritis dan koma, memohon maaf kepada Ibu Megawati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.