Menurutnya, daerah Sumatera identik dengan perkebunan sawit sehingga budidaya magot punya potensi besar guna memenuhi kebutuhan pakan alami yang berkualitas tinggi.
“Budidaya magot juga memiliki peluang untuk dijadikan bahan baku alternatif pembuatan pakan ikan karena memiliki kandungan nutrisi lengkap, kualitas yang baik, dan dapat diproduksi secara singkat,” kata Lilly.
Ia menambahkan bahwa jika dibudidayakan dalam skala besar, magot dapat tersedia dalam jumlah melimpah sepanjang waktu, serta tidak berbahaya bagi ikan karena bukan vektor penyakit
“Magot juga mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan, yaitu sebesar 40 persen dan lemak 25 persen,” ujar Lilly.
Kegiatan percontohan budidaya magot BSF di Pokdakan Handayani turut dihadiri Bupati Kabupaten Bengkulu Utara Mian. Pihaknya pun mengapresiasi kinerja penyuluh perikanan atas dedikasi dalam membangun sektor kelautan dan perikanan.
Ia berharap, kegiatan percontohan tersebut dapat menekan biaya pakan pabrikan karena ketersediaan bahan baku yang melimpah.
“Semoga temu lapang ini dapat menjadi daya tarik untuk pelaku utama lainnya untuk mengadopsi teknologi budidaya magot,” ujar Mian.
Sebagai informasi, pada Maret 2021, Kepala BRPUPP Palembang Zulkarnaen Fahmi menyerahkan bantuan bahan percontohan kepada Pokdakan Handayani.
Adapun bantuan tersbeut adalah media magot, 1.000 kilo gram (kg) ikan rucah, 640 kg dedak halus, 200 kg ampas tahu, vitamin, molase, probiotik, 15.000 ekor benih ikan nila, 1.000 ekor benih ikan mas, dan pakan pabrikan sebanyak 1.800 kg.
Bantuan tersebut mendapat respons baik dari Ketua Pokdakan Handayani Ewo Aprian Hidayat. Pasalnya, bantuan ini dapat menunjang kegiatan budidaya.
Ewo mewakili Pokdakan Handayani mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait atas bantuan yang telah diberikan. Menurutnya, sebelum menggunakan pakan mandiri berupa magot, pertumbuhan ikan mengalami keterlambatan dan masa pemeliharaan mencapai enam bulan.
“Setelah menggunakan pakan mandiri magot, pertumbuhan ikan cukup baik dan masa pemeliharaan lebih singkat menjadi empat bulan 15 hari dengan bobot yang sama," tutur Ewo.
Secara keseluruhan, budidaya magot mampu menghasilkan sebanyak 147 kg magot. Dari jumlah tersebut, 79 kg magot digunakan untuk campuran pembuatan pelet ikan dan 68 kg magot digunakan untuk menunjang kontinuitas budidaya magot BSF.
Dengan demikian, total budidaya magot sebanyak 215 kg dalam kurun waktu empat bulan 16 hari dan menghasilkan panen ikan nila sebanyak 1.746 kg dan 796 kg ikan mas.
Pihak KKP berharap, melalui kegiatan tersebut, penerapan inovasi teknologi percontohan penyuluhan budidaya sebagai pakan alternatif terdiseminasi dengan baik. Tujuannya, supaya para pelaku utama dapat menekan biaya pakan ikan yang cenderung mahal dengan menggunakan pakan alternatif berupa magot.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.