JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) melakukan evaluasi efektivitas vaksin Covid-19.
Hasil evaluasi tersebut membuktikan bahwa vaksin mampu menurunkan risiko terinfeksi Covid-19 serta mengurangi perawatan dan kematian bagi tenaga kesehatan.
Studi ini dilakukan terhadap 71.455 tenaga kesehatan di DKI Jakarta meliputi perawat, bidan, dokter, teknisi, dan tenaga umum lainnya sepanjang periode Januari-Juni 2021.
Baca juga: Saudi Masih Pertimbangkan Pengguna Vaksin Sinovac Masuk ke Negaranya
Studi tersebut mengamati kasus konfirmasi positif, perawatan (treatment), dan kematian akibat Covid-19 terhadap tiga kelompok tenaga kesehatan yaitu mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama, vaksinasi lengkap (dosis kedua), dan yang belum divaksinasi.
Para tenaga kesehatan ini mayoritas mendapatkan vaksin Sinovac.
Saat laporan tersebut diterbitkan, ada 143.000 orang SDM Kesehatan di DKI Jakarta telah divaksinasi dosis pertama dan 125.431 orang telah divaksinasi dosis kedua.
Studi dilakukan dalam kondisi pandemi yang dinamis, mengingat sepanjang Januari-Juni 2021 terjadi beberapa gelombang peningkatan kasus Covid-19 serta dinamika komposisi variants of concern yaitu adanya mutasi varian Delta, baik di wilayah DKI Jakarta maupun nasional.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, 5 persen dari tenaga kesehatan yang divaksinasi lengkap, dilaporkan terkonfirmasi Covid-19 pada periode April-Juni 2021.
Baca juga: Data Diri Salah pada Sertifikat Vaksin? Begini Cara Memperbaikinya
Jumlah ini, kata Nadia, lebih besar dibandingkan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi Covid-19 pada periode Januari-Maret 2021 yang jumlahnya hanya 0,98 persen.
Namun demikian, jumlah tenaga kesehatan yang telah divaksinasi lengkap yang harus dirawat akibat Covid-19 jauh lebih rendah (0,17 persen), ketimbang mereka yang belum divaksinasi (0,35 persen).
Oleh karena itu, Nadia mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa vaksin yang saat ini digunakan efektif terhadap mutasi virus Corona.
“Sampai saat ini belum ada penelitian ataupun bukti ilmiah yang menunjukkan vaksin yang telah diproduksi dan telah digunakan di berbagai belahan dunia tidak bisa melindungi kita dari virus varian baru ini. Vaksin yang digunakan dalam upaya kita melakukan penanggulangan pandemi Covid-19 masih sangat efektif,” kata Nadia dalam keterangan tertulis sebagaimana dikutip, Jumat (13/8/2021).
Selain itu, Nadia mengatakan, jumlah tenaga kesehatan yang belum divaksinasi dan meninggal relatif lebih banyak daripada yang sudah mendapat vaksinasi lengkap.
Begitu juga tenaga kesehatan yang baru mendapat vaksinasi dosis pertama, jumlah yang meninggal akibat Covid-19 relatif lebih banyak daripada mereka yang menerima dosis lengkap.
Baca juga: Pemerintah Tegaskan Aturan Wajib Vaksin bagi Pengunjung Mal
Nadia mengatakan, pada dua periode observasi di Januari-Maret dan April-Juni 2021, proporsi kasus meninggal akibat Covid-19 pada tenaga kesehatan yang belum divaksin 0,03 persen, tidak berbeda dengan tenaga kesehatan yang telah mendapat vaksin dosis pertama.
Sementara itu, vaksinasi dosis lengkap melindungi tenaga kesehatan dari risiko kematian dengan rasio 0,001 persen pada periode Januari-Maret 2021 dan 0,01 persen pada periode April-Juni 2021.
Data-data tersebut membuktikan bahwa vaksinasi dosis lengkap dapat diandalkan untuk melindungi tenaga kesehatan dari risiko perawatan dan kematian akibat infeksi Covid-19.
Efektivitas vaksin dosis lengkap dalam mencegah terinfeksi virus Corona pada bulan Januari-Maret sebesar 84 persen atau dengan kata lain, hanya 2 dari 10 orang tenaga kesehatan yang telah divaksinasi lengkap berisiko terinfeksi Covid-19.
“Ini menunjukkan vaksinasi berperan dalam memperlambat risiko infeksi Covid-19. Tenaga Kesehatan yang divaksinasi lengkap relatif memiliki ketahanan yang lebih lama untuk tidak terinfeksi virus dibandingkan Tenaga Kesehatan yang belum divaksinasi,” ujar Nadia.
Baca juga: 750 Nakes di RSUD Wonogiri Jalani Suntik Vaksin Booster Moderna
Sementara itu, Nadia mengatakan, pada periode April-Juni 2021, tercatat 474 tenaga kesehatan yang dirawat karena terinfeksi Covid-19.
Namun, tenaga kesehatan yang divaksinasi lengkap tidak banyak yang dirawat atau jumlah yang dirawat berkurang hingga 6 kali lebih rendah yakni turun dari 18 persen menjadi 3,3 persen.
Data juga menunjukkan, lama perawatan nakes yang divaksinasi relatif lebih singkat yaitu 8 hingga 10 hari dibandingkan nakes yang belum divaksinasi (9-12 hari).
Dari total tenaga kesehatan yang dirawat, sebanyak 2,3 persen memerlukan perawatan intensif di ICU.
Sebagian besar atau 91 persen dari nakes yang memerlukan perawatan intensif adalah mereka yang belum divaksinasi atau baru mendapatkan vaksinasi dosis pertama.
Terakhir, Nadia berpesan meski sudah divaksinasi, tetap disiplin protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak).
“Karena kemungkinan kita untuk terpapar virus akan tetap ada namun kemungkinan untuk penderita gejala parah akan semakin kecil,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.