Dia diakui sebagai pujangga perempuan pertama Indonesia dari angkatan Pujangga Baru, sebuah pengelompokan masa berkarya dan gaya tulisan.
Pengakuan ini pula tampaknya yang mengingatkan Google Doodle untuk mengabadikannya pada 31 Juli 2021. Sepotong puisi karya Sariamin pada 1940 ini pun rasanya layak untuk kita resapi ulang:
Janganlah gentar bertentangan semangat
Akibatnya baik untuk masyarakat
Soal dirinya disebut sebagai pujangga perempuan pertama Indonesia, Sariamin bertutur lugas saja, bahwa perempuan cenderung terlalu peka menerima kritik. Padahal, saat itu hampir semua pegiat tulisan adalah laki-laki pula.
Kritik tajamnya soal kualitas berbahasa orang Indonesia pun muncul di antara banyak hal dalam tulisan yang dimuat harian Kompas edisi 29 Maret 1990.
“Pengarang sekarang kurang memperhatikan bahasa. Bahasa Indonesia mereka kacau. Anehnya, bahasa seperti itu yang disukai pembaca sekarang, sekaligus penerbitnya,” ujar Sariamin.
Nah!
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Catatan:
Seluruh naskah utuh artikel harian Kompas yang dikutip di tulisan ini dapat diakses publik melalui layanan Kompas Data.