Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Wiji Thukul, Aktivis yang Hilang Usai Peristiwa Kudatuli 1996

Kompas.com - 27/07/2021, 15:37 WIB
Wahyuni Sahara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak hanya sebagai aktivis, nama Wiji Thukul selama ini dikenal sebagai seorang penulis puisi perjuangan. 

Yang khas dari puisi Wiji Thukul adalah bahwa ia bukan menulis puisi tentang protes, melainkan sosoknya menjadi simbol akan protes itu sendiri. Karena itu, puisinya gampang melebur dalam setiap momen pergolakan dan berbagai aksi protes.

Salah satu kalimatnya yang sangat terkenal adalah bait terakhir pada puisi berjudul Peringatan, yaitu "Hanya ada satu kata: Lawan!".

Dalam Seri Buku Tempo, Prahara Orde Baru Wiji Thukul yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia menjelaskan bahwa sebenarnya kata 'lawan' tersebut tak murni ide Wiji Thukul. 

Baca juga: 25 Tahun Kudatuli: Peristiwa Mencekam di Kantor PDI

Ia terpengaruh oleh sebuah pusi yang dibuat oleh Pardi, temannya di teater Jagat yang merupakan seorang tukang kebun. Puisi Pardi itu berjudul Sumpah Bambu Runcing.

Pada sajak Pardi, kalimat Hanya ada satu kata: lawan, yang digunakan untuk sebuah sajak mengenai perjuangan melawan Belanda oleh Thukul diambil untuk perjuangan buruh.

Nama asli Wiji Thukul sesungguhnya adalah Wiji Widodo. Nama Widodo diubah menjadi Thukul oleh Cempe Lawu Warta, anggota Bengkel Teater yang diasuh oleh penyair WS Rendra. Wiji Thukul berarti biji tumbuh.

Tidak hanya dekat, Wiji Thukul bahkan meraih penghargaan pada 1991: Werheim Encourage Award dari Wertheim Stichting Belanda, bersama WS Rendra.

Baca juga: Perjalanan PDI Perjuangan: dari Kudatuli, Oposisi, Dominasi, hingga Pandemi

Wiji Thukul lahir dari keluarga penarik becak pada 26 Agustus 1963 di kampung Buruh Sorogenen, Solo. 

Setelah lulus SMP, ia melanjutkan pendidikan di Jurusan Tari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, tapi tidak tamat, hanya sampai kelas II. Ia berhenti sekolah untuk bekerja agar adik-adiknya bisa melanjutkan studi.

Pekerjaan pertama Wiji Thukul adalah sebagai loper koran. Lalu ia menjadi calo tiket, dan tukang pelitur furnitur di perusahaan mebel. Ia juga mengamen puisi ke kampung dan kota-kota.

Baca juga: [POPULER NASIONAL] Peristiwa Kudatuli | Tatap Muka di Sekolah di Luar Zona Hijau

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com