Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wildan Hakim
Peneliti dan Dosen

Wildan Hakim, Peneliti di Institut Riset Indonesia (INSIS), Dosen di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia.

Gelitik Iklan Politik dan Baliho Puan Maharani

Kompas.com - 21/07/2021, 13:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELAKANGAN, langkah-langkah politik Puan Maharani kerap mengundang atensi. Sebagai putri Ketua Umum PDI Perjuangan, Puan akan selalu menjadi pusat perhatian. Lebih-lebih menjelang kontestasi Pilpres 2024, atensi terhadap mbak Puan kian berlipat.

Kemunculan baliho Puan Maharani di berbagai wilayah Indonesia, berikut iklan yang terpasang di sebuah media massa nasional kian menempatkan sosoknya sebagai magnitude.

Serangkaian asumsi serta opini bermunculan. Publik terhenyak dengan gebrakan seorang Puan Maharani. Kemunculan baliho serta iklan Puan Maharani di media massa terkesan mengakselerasi kontestasi pada 2024.

Kontestasinya masih sekira tiga tahun lagi. Namun, kerja-kerja politiknya harus dimulai jauh-jauh hari. Itulah konsekuensi berpolitik. Meski sebutannya politik praktis, kerja-kerja politik selalu berdurasi panjang dan membutuhkan serangkaian tahapan yang diperhitungkan.

Keterkenalan, keterpilihan, dan tingkat penolakan terhadap seorang figur akan selalu menjadi bahan perbincangan serius mendekati tahun pemilihan atau the election year.

Baliho dan iklan politik yang ditampilkan mbak Puan tidak lepas dari pertimbangan untuk meningkatkan keterkenalan.

Melalui baliho serta iklan tersebut, Puan Maharani sedang berusaha menyapa publik secara tidak langsung. Menampilkan citranya dalam wujud gambar dan pesan tertulis agar nantinya membentuk persepsi positif.

Kemunculan iklan dan baliho Puan Maharani belakangan ini merupakan bagian dari komunikasi politiknya, baik selaku Ketua DPR maupun sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan.

Secara politis, kemunculan baliho dan iklan politik di media massa menjadi hal lumrah dilakukan. Ditinjau dari medium komunikasinya, tidak ada medium yang dinilai paling efektif.

Karenanya, pemanfaatan dua medium sekaligus menjadi kelaziman untuk memadukan prinsip komunikasi above the line and below the line.

Tidak semua orang membaca media massa. Untuk itulah medium baliho bisa menjadi pilihan.

Sebaliknya, masih ada sebagian publik Indonesia yang membaca media massa. Para pembaca ini tetap harus disapa. Melalui iklan politik, Puan Maharani berbagi pesan tentang pentingnya menjaga imunitas tubuh di tengah serbuan virus Covid-19.

Memadukan dua pesan

Hal menarik dari kemunculan Puan Maharani melalui medium baliho dan iklan di media massa ialah pada penyajian dua pesan yang berbeda.

Pada baliho yang mulai terpasang pada 15 Juli 2021, Puan Maharani mengusung pesan "Kepak Sayap Kebhinekaan".

Tiga hari sebelumnya yakni pada 12 Juli 2021, sosok Puan Maharani tampil dalam balutan baju khas Jambi tengkuluk bai-bai di sebuah harian nasional.

Dalam iklan politik satu halaman penuh tersebut, Puan Maharani menggemakan tiga pesan kunci, yaitu "jaga iman, jaga imun, dan InsyaAllah aman". Ketiga pesan itu kemudian ditutup dengan kata "aamiin".

Dua sajian pesan berbeda merupakan bentuk komunikasi politik yang berupaya mengurai kerumitan situasi yang tengah dihadapi pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Sisi menariknya, pesan di iklan dan baliho memiliki kesamaan, yakni mengedepankan nuansa persuasi.

Dalam tahapan berpolitik, pesan-pesan bernuansa persuasif lazim disampaikan oleh tokoh politik yang memiliki power serta otoritas.

Power dalam konteks politik didefinisikan sebagai kapasitas seorang individu untuk memengaruhi tindakan, keyakinan, atau perilaku orang lain.

Selaku Ketua DPR, mbak Puan tengah menunjukkan kapasitasnya untuk mengajak masyarakat Indonesia mematuhi protokol kesehatan.

Hal ini terbaca jelas dalam iklan politik yang menyertakan tagar #TaatiProkes.

Sementara itu, pada baliho yang menyajikan narasi "Kepak Sayap Kebhinekaan", Puan Maharani secara implisit mengingatkan pentingnya menerima kebhinekaan yang sudah menjadi kodrat bagi bangsa Indonesia.

Namun, harus diakui, kebhinekaan di Nusantara selalu menyuguhkan dua tafsir yang berlawanan.

Pada satu sisi, kebhinekaan dalam wujud perbedaan suku, agama, ras, dan antaretnis menjadi modal kekayaan bangsa ini. Di lain sisi, kebhinekaan bisa menjadi biang perpecahan antaranak bangsa.

Di antara dua tafsir yang saling bertolak belakang itulah, Puan Maharani kembali menegaskan perannya untuk menjaga kebhinekaan sebagai karunia serta modal bagi bangsa ini dalam menatap perubahan.

Merujuk pada Maswadi Rauf (1993), narasi pesan "Kepak Sayap Kebhinekaan" bisa diartikan sebagai penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain.

Pancasila, kebhinekaan, dan nasionalisme merupakan pesan-pesan kunci yang selama ini kerap disampaikan para aktor politik dari beragam partai politik (parpol).

Bagi Puan Maharani, pesan kunci tersebut punya ikatan emosional karena ketiganya dirumuskan langsung oleh Soekarno yang tak lain adalah kakeknya.

Pesan iklan politik Puan Maharani dengan narasi "jaga iman, jaga imun, dan Insya Allah aman" menemukan kontekstualitasnya pada saat disandingkan dengan narasi "Kepak Sayap Kebhinekaan".

Pada kedua narasi tersebut, Puan Maharani tidak hanya menunjukkan kapasitasnya sebagai Ketua DPR dan politikus yang mewarisi ideologi Bung Karno.

Pada narasi pertama, kemunculan mbak Puan bisa ditafsirkan sebagai figur ibu muda yang sedang menyugesti anak-anaknya agar senantiasa menjaga iman dan imun agar aman dari badai pandemi.

Adapun pada narasi yang kedua, Puan Maharani dihadirkan sebagai perempuan muda yang tengah mengepakkan sayapnya untuk menjaga kebhinekaan Indonesia.

Pemilihan frasa "kepak sayap" mengandung makna bahwa Puan Maharani merupakan sosok yang memiliki kekuasaan yang terlegimitasi atau legitimate power sebagaimana dijelaskan dua pakar psikologi sosial asal Amerika Serikat John RP French dan Bertram Raven.

Legitimate power sering disebut juga dengan kekuasaan posisional, yakni kekuasaan yang melekat pada seorang individu karena memegang jabatan dalam suatu organisasi.

Sajian iklan politik dan baliho Puan Maharani sontak mengundang perbincangan serta kritik. Pesan-pesan politik melalui beragam medium komunikasi pada akhirnya selalu menggelitik.

Tidak ada yang sempurna dari sebuah taktik. Politik sebagai seni pada akhirnya mendorong seorang Puan Maharani masuk ke palagan guna membangun tapak-tapak keterkenalan secara perlahan.

Penayangan baliho dan iklan politik ini baru penanda awal. Dalam rentang tiga tahun ke depan, adu strategi dan taktik Puan Maharani tampaknya akan semakin mengundang perbincangan.

Apakah ini hanya akan berhenti sebagai sebuah gelitik atau taktik yang berhasil, kita lihat bersama. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com