JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 kembali mengungkapkan data perkembangan kasus Covid-19 harian pada Jumat (17/7/2021).
Dari data tersebut terdapat fakta bahwa kasus kematian akibat Covid-19 kembali mencapai angka tertingginya yaitu 1.205 pasien yang meninggal.
Dengan demikian, total jumlah pasien Covid-19 yang meninggal telah mencapai 71.397 orang.
Sebelumnya, angka kematian tertinggi tercatat pada 7 Juli 2021 yaitu sebanyak 1.040 pasien meninggal dalam sehari.
Sementara itu, penyebaran Covid-19 juga masih melewati angka 50.000 kasus berturut-turut dalam tiga hari terakhir. Pada Jumat kemarin, Satgas mencatat penambahan kasus baru sebanyak 54.000 kasus.
Pada 14 Juli 2021, tercatat ada sebanyak 54.517 tambahan kasus baru Covid-19. Kemudian, pada 15 Juli 2021 diketahui bertambah 56.757 kasus.
Baca juga: Tertinggi Sepanjang Pandemi, Kematian Akibat Covid-19 Capai 1.205 Orang Dalam Sehari
Adapun penambahan kasus baru pada Jumat telah membuat total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 2.780.803 orang terhitung sejak kasus Covid-19 pertama.
Sementara, jumlah kasus aktif bertambah 24.716 pasien dibanding hari sebelumnya, sehingga kasus aktif Covid-19 kini mencapai 504.915 orang.
Kasus aktif adalah jumlah pasien positif Covid-19 yang masih menjalani perawatan di rumah sakit atau isolasi mandiri.
Pada data yang sama, Satgas juga mencatat pasien Covid-19 yang sembuh bertambah 28.079 orang. Sehingga, jumlah pasien yang sembuh dari Covid-19 kini berjumlah 2.204.491 orang.
Prediksi landai tiga pekan ke depan
Sehari sebelumnya yaitu pada Kamis (15/7/2021), Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, penurunan kasus Covid-19 yang kini sedang melonjak baru akan terlihat pada tiga pekan ke depan.
Hal tersebut diprediksinya jika diperbandingkan dengan penurunan setelah kondisi lonjakan kasus Covid-19 usai libur akhir 2020.
"Berkaca dari pengalaman lonjakan pertama, maka penurunan (lonjakan saat ini) paling cepat baru dapat terlihat pada tiga minggu ke depan," ujar Wiku dalam konferensi pers virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (15/7/2021).
Baca juga: Muhadjir Effendy Sebut PPKM Darurat Diperpanjang hingga Akhir Juli
Ia menjelaskan, lonjakan kasus Covid-19 saat ini sudah memasuki pekan kesembilan.
Sementara, intervensi yang dilakukan pemerintah atas lonjakan kasus itu dimulai dari pekan kedelapan.
Lalu, saat ini kapasitas Rumah Sakit (RS) dan laboratorium semakin meningkat.
"Dengan total saat ini kurang lebih 120.000 tempat tidur isolasi dan ICU serta 7.930 tempat tidur di RSDC Wisma Atlet," ungkap Wiku.
Wiku juga mengungkapkan, saat ini terdapat 742 laboratorium Covid-19 dengan capaian pemeriksaan lebih dari 300 persen dari standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Kendati demikian, upaya penanganan Covid-19, disebutnya terus dilakukan.
"Evaluasi terus dilakukan agar penurunan kasus dapat telihat sesegera mungkin," tegas Wiku.
Menurutnya, saat ini pemerintah pusat terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memantau kapasitas tempat tidur di RS daerah masing-masing.
Jika konversi RS di daerah sudah melebihi 40 persen, maka perlu segera dibuka dan difungsikan RS Darurat atau RS Lapangan khusus Covid-19.
Baca juga: Satgas: Penurunan Kasus Covid-19 Paling Cepat Butuh 3 Pekan
"Penambahan tempat tidur isolasi terpusat juga perlu menjadi fokus utama untuk menurunkan beban RS," tambah Wiku.
Pada Jumat kemarin, pemerintah juga resmi mengumumkan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat hingga akhir Juli 2021.
Pengumuman itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Muhadjir mengatakan, Presiden Joko Widodo telah memutuskan memperpanjang PPKM Darurat hingga 31 Juli 2021.
"Tadi Rapat Kabinet terbatas yang saya ikuti waktu saya di Sukoharjo (Jateng) sudah diputuskan Bapak Presiden dilanjutkan sampai akhir Juli PPKM ini," kata Muhadjir seperti dilansir Antara, Jumat (16/7/2021).
Muhadjir melanjutkan, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa keputusan perpanjangan PPKM Darurat ini memiliki banyak risiko.
Risiko itu, termasuk bagaimana menyeimbangkan antara mendisiplinkan warga menaati protokol kesehatan sesuai standar PPKM dengan penyaluran bantuan sosial.
Soal bansos
Menurut Muhadjir, bantuan sosial tidak mungkin ditanggung oleh pemerintah sendiri. Namun, bantuan itu gotong royong bersama masyarakat dan sejumlah instansi lainnya.
"Bansos ini tidak mungkin ditanggung pemerintah sendiri sehingga gotong royong masyarakat, termasuk civitas academica UGM ini di bawah pimpinan pak rektor membantu mereka-mereka yang kurang beruntung akibat kebijakan PPKM ini," kata Muhadjir.
Baca juga: Kasus Aktif Covid-19 di Depok Berkurang Sementara, namun Masih Tinggi
Selain itu, menurutnya bagi-bagi masker juga perlu menjadi perhatian mengingat tidak sedikit warga yang menganggap masker sebagai barang mahal.
Muhadjir menjelaskan, apapun istilah yang digunakan, baik PPKM Darurat atau PPKM super darurat, selama masyarakat melanggar protokol kesehatan, maka penanganan Covid-19 tidak akan berhasil.
"Jika tidak menyadari bahwa prokes adalah menjadi yang utama, penanganan Covid-19 ya tidak berhasil," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.