Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KSP Sebut TWK Tes Akademik Tak Mungkin Dirancang untuk Membuang Orang

Kompas.com - 20/05/2021, 14:58 WIB
Tatang Guritno,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral Adian mengklaim, tes wawasan kebangsaan (TWK) merupakan tes akademik dan tak mungkin dirancang untuk tujuan menyingkirkan orang-orang tertentu.

Sebab, menurut Donny, para pembuat tes asesmen punya prinsip untuk mengikis subjektivitas.

"TWK itu instrumen akademik. Kita semua pernah ikut tes asesmen dan saya kira semua pembuat asesmen punya prinsip, pertama, mengikis sebanyak mungkin subjektifitas," ungkap Donny dalam program Satu Meja The Forum di Kompas TV, Rabu (19/5/2021).

"Haram hukumnya subjektifitas user itu masuk dalam tes itu. Bahkan subjektivitas pembuatnya itu juga diharamkan masuk dalam tes yang dibuat," imbuh dia.

Ia menambahkan, tes asesmen seperti TWK berguna untuk membuat pemetaan secara objektif.

Oleh karena itu, ia ragu, bila ada pertanyaan titipan yang dimasukkan untuk menyingkirkan individu atau kelompok tertentu di dalam sebuah organisasi.

Baca juga: Dugaan Malaadministrasi Pimpinan KPK dalam Proses Tes Wawasan Kebangsaan

"Jadi saya kira tidak mungkin ada pertanyaan yang dititipkan. Tidak mungkin ini dirancang sedemikian rupa untuk membuang orang. Itu tidak mungkin sama sekali," jelasnya.

Sementara itu, terkait pernyataan Presiden Joko Widodo, Donny menyebut bahwa hal itu harus dihormati.

"Jadi kita di satu sisi harus menghormati academic integrity dan di sisi lain kita ikuti arahan Presiden bahwa itu menjadi bahan pemetaan dan pembinaan," pungkas dia.

Sebagai informasi hingga kini belum ada tidak lanjut dari pernyataan Presiden Joko Widodo terkait TWK yang menjadi polemik di KPK.

Pimpinan KPK belum memutuskan mencabut keputusan dalam Surat Keputusan (SK) Nomor 652 Tahun 2021 terkait pembebasan tugas para pegawai yang tidak lolos.

Namun demikian, Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyatakan akan mematuhi arahan Jokowi dan mempercepat koordinasi dengan dua lembaga lainnya yakni Kemenpan RB dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk segera memutuskan alih status pegawai KPK menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Di sisi lain, 75 pegawai KPK yang dinyatakan tak lolos telah mengirimkan laporan dugaan pelanggaran kode etik para Pimpinan KPK terkait pengadaan TWK pada Dewan Pengawas (Dewas) lembaga antirasuah itu, Selasa (18/5/2021).

Baca juga: Jokowi dan Tes Wawasan Kebangsaan KPK

Semua Pimpinan KPK juga dilaporkan atas dugaan maladministrasi pengadaan TWK pada Ombudsman RI, Rabu (19/5/2021) kemarin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com