Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musik Fajar Merah, Makna Kehidupan dan Penghargaan untuk Wiji Thukul

Kompas.com - 20/05/2021, 06:37 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comWiji Thukul dikenal sebagai seniman dan aktivis yang kerap mengkritik rezim Orde Baru. Ia menyuarakan ketidakadilan dan ketertindasan melalui puisi.

Seperti ayahnya, Fajar Merah, juga menggeluti dunia seni yang menjadi wadah untuk bersuara. Ia memusikalisasi puisi Wiji Thukul, di antaranya berjudul Bunga dan Tembok dan Puisi untuk Adik.

Bagi Fajar, musik tak sekadar hobi. Kecintaannya terhadap musik memiliki maknanya sendiri, yakni penghargaan yang ia berikan untuk sang ayah.

“Aku cuman seorang anak yang memberikan penghargaan kepada bapaknya, memberi penghargaan karya bapaknya lewat musik yang aku buat,” kata Fajar dalam video wawancara dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho, yang diunggah Senin (17/5/2021).

Baca juga: Musikalisasi Puisi Wiji Thukul dan Interpretasi Fajar Merah

Menurut dia, musikalisasi puisi dari karya Wiji Thukul secara tidak langsung akan membuat penikmat musik mencari tahu lebih dalam, baik mengenai musik maupun liriknya.

Dalam karya-karyanya, Fajar memberi ruang kepada masyarakat untuk mengenal sosok Wiji Thukul.

“Aku pikirnya begini, orang akan mencari tahu seperti apa versi asli, kalau contoh ini sebuah lagu ya, ini lagu yang aku bawakan, ini karya Fajar seutuhnya atau bukan,” ujar dia.

“Maksudnya itu juga aku juga memberi ruang juga mereka mencari tahu sendiri siapa sosok Wiji Thukul dengan tulisan dan pergerakannya,” imbuhnya.

Selain itu, Fajar memaknai musik sebagai guru yang mengajarkannya banyak hal dalam kehidupan. Ia mendapatkan banyak pelajaran tentang hidup melalui musik.

Dari karya-karya grup Efek Rumah Kaca, Fajar belajar mengenai kondisi sosial masyarakat. Ia mengetahui permainan mafia hukum dan isu korupsi dari karya grup musik beraliran grunge asal Bali, Navicula.

“Musik itu seperti guru, karena musik mengajarkan banyak,” ujarnya.

Baca juga: Mengenang Wiji Thukul, Aktivis yang Bersuara dengan Puisi-puisinya

Fajar mengumpamakan kehidupan manusia seperti sebuah lagu. Ia memaknai kehidupan manusia seperti lagu yang memiliki banyak ritme.

Layaknya sebuah lagu, kehidupan juga memiliki akhir.

Fajar berpandangan, meskipun manusia menjalani rutinitas dan masalah dalam kehidupan berulang kali, pada akhirnya manusia harus mencari celah untuk menemukan solusi atas permasalahannya.

“Hidup itu bagian dari ritmis, kamu akan melakukan aktivitas berulang-ulang seperti setiap hari bangun tidur, ganti baju, berkeja, nanti plang kerja mandi lagi, tidur, nanti diulang lagi,” ucap Fajar.

“Itu sesuatu yang berulang-ulang, tapi kamu akan tetap harus menyelesaikan masalahmu. Intinya ya setiap hari ada masalah, tapi kamu harus tetap melakukan pola yang berulang-ulang itu dan harus mencari celah untuk menyelesaikan masalah,” kata dia.

Fajar merupakan anak kedua Wiji Thukul. Pada era 1990-an, Thukul sering menyuarakan kritik sosial melalui karya seni. Thukul juga tergabung dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Hingga kini, keberadaan Thukul dan belasan aktivis belum diketahui. Mereka hilang sejak 1998, ketika Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto masih berkuasa.

Dalam catatan Kompas.com, aktivis asal Solo, Jawa Tengah itu, terakhir kali berkomunikasi dengan istrinya pada 19 Februari 1998.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Nasional
Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Nasional
Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Nasional
Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Nasional
Zulhas: Hubungan Pak Prabowo dan Pak Jokowi Dekat Sekali, Sangat Harmonis...

Zulhas: Hubungan Pak Prabowo dan Pak Jokowi Dekat Sekali, Sangat Harmonis...

Nasional
Lapor Hasil Rakornas PAN ke Presiden, Zulhas: Pak Jokowi Owner

Lapor Hasil Rakornas PAN ke Presiden, Zulhas: Pak Jokowi Owner

Nasional
Budiman Sudjatmiko Pastikan Tak Ada “Deadlock” Pertemuan Prabowo dan Megawati

Budiman Sudjatmiko Pastikan Tak Ada “Deadlock” Pertemuan Prabowo dan Megawati

Nasional
Kode PAN soal Jatah Menteri ke Prabowo, Pengamat: Sangat Mungkin Dapat Lebih

Kode PAN soal Jatah Menteri ke Prabowo, Pengamat: Sangat Mungkin Dapat Lebih

Nasional
Pengamat Usul Anggota BPK Diseleksi Panitia Independen Agar Tak Dimanfaatkan Parpol

Pengamat Usul Anggota BPK Diseleksi Panitia Independen Agar Tak Dimanfaatkan Parpol

Nasional
KPU Tak Masalah Caleg Terpilih Dilantik Belakangan Usai Kalah Pilkada

KPU Tak Masalah Caleg Terpilih Dilantik Belakangan Usai Kalah Pilkada

Nasional
Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

Nasional
Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

Nasional
Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

Nasional
Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com