Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Diamputasi dan Nyaris Buta, Kini Anggota TNI Ini Jadi Peternak Sukses

Kompas.com - 27/04/2021, 14:36 WIB
Alifia Nuralita Rezqiana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Indah Murdiono (50) tak pernah menyangka bila keputusannya untuk ikut rehabilitasi di Pusat Rehabilitas (Pusrehab) Kementerian Pertahanan (Kemhan) telah mengembalikan kepercayaan hidupnya kembali.

Padahal, pria yang saat itu berpangkat Kopral Dua (Kopda) mengaku sempat segan mengikuti rehabilitasi di Pusrehab Kemhan, usai mengalami kecelakaan 17 tahun silam.

Semua itu bermula pada 18 April 2004. Indah yang saat itu bertugas di Detasemen Zeni Tempur 2 (Denzipur 2) Padang Mengatas, Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumber) mengalami kecelakaan berat yang bahkan membuatnya sempat divonis meninggal.

Kejadian bermula ketika Indah tengah bertugas memasang tiang untuk membuat gerbang keluar-masuk atau portal di satuannya.

“Nah, jadi, tiang-tiangnya ini dari besi semua. Jadi pas dibikin itu, di atasnya pas ada tekanan tinggi 21.000 volt. Saat memasang gelagar lintangnya itu, di atasnya ada tegangan tinggi. Kepala ini rasanya seperti dihisap listrik,” ungkap Indah.

Baca juga: Kisah Mantan Paspampres yang Diamputasi, Bangkit Kembali berkat Tenis dan Pusrehab Kemhan

Ia mengaku, pada saat kejadian, terdapat setidaknya 12 orang rekan yang turut mengerjakan gerbang satuan. Namun, dirinyalah yang bertugas untuk naik memasang tiang.

Indah bercerita, saat dirinya tersetrum listrik bertegangan tinggi, orang-orang yang berada di bawah melihat punggungnya meletup-letup, sebelum akhirnya energinya habis dan jatuh.

“Tapi alhamdulillah, kalau orang Jawa bilang itu masih untung. Untungnya itu, pas mau jatuh, dihadang (disambut) sama sekop loader mbak,” katanya kepada Kompas.com saat diwawancarai melalui telepon pada Jumat (23/4/2021).

Jika tak ada sekop loader yang menopang tubuhnya, lanjut Indah, mungkin ia akan langsung jatuh di aspal jalan dari ketinggian tujuh meter.

Setelah kejadian tersebut, Indah pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Payakumbuh.

Baca juga: Perkuat Pertahanan Nasional, Kemhan Ciptakan Kendaraan Khusus Pusat Komando MCCV

Namun, karena RSI Ibnu Sina Payakumbuh sudah angkat tangan, ia dirujuk ke RSI Ibnu Sina Bukittinggi. Di sana, Indah tak sadarkan diri selama sembilan hari.

“Habis itu (dari RSI Ibnu Sina Bukittinggi), dibawalah ke Rumah Sakit Tentara (RST) dr. Reksodiwiryo Padang. Jadi, di RST itulah baru diamputasi kaki kiri saya itu setinggi sepatu PDL itu. Soalnya (kondisi kaki setinggi) kaos kaki itu kan meleleh semua dua-duanya,” tutur Indah, melanjutkan ceritanya.

Usai kaki kirinya diamputasi, ternyata kondisi Indah belum membaik. Ia masih mengalami panas-dingin. Dokter kemudian memutuskan untuk kembali mengamputasi kaki kirinya hingga selutut.

Meski kaki kirinya sudah diamputasi hingga selutut, tapi panas dingin yang diderita Indah tak kunjung reda. Dokter kemudian menyarankan untuk mengamputasi kaki kanan Indah.

Mengetahui kaki kanan Indah akan diamputasi, Brigadir Jenderal (Brigjen) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Haryono yang kala itu berpangkat Mayor Zeni (CZI), memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta.

Baca juga: Dukung Aktivitas Pertahanan Negara, Pertamina Penuhi Kebutuhan Energi Kemhan

Di sana, Haryono berharap masih ada kesempatan untuk tidak mengamputasi kaki kanan Indah.

“Nah, di situ, sama kebijaksanaan komandan, udah lah kalau menang kita berangkat saja ke Jakarta, Gatot Subroto. Kalau memang sudah sampai di Jakarta, kalau memang diamputasi mungkin ya takdir kita sudah sampai di situ, kita lah berusaha,” ungkap Indah.

Setelah tiba di RSPAD Gatot Soebroto, Indah langsung masuk ke unit gawat darurat (UGD) dan diperiksa oleh dokter piket. Hasilnya, dokter memutuskan untuk tidak mengamputasi kaki kanan Indah.

“Loh, kenapa kok diamputasi pak? Ada penyakit gula? Loh kenapa diamputasi kalau pun tidak ada penyakit gula?,” kata Indah, mengingat pertanyaan dokter piket kepadanya kala itu.

Indah mengaku menghabiskan waktu selama sembilan bulan di rawat di RSPAD. Berbagai pengobatan dan operasi pun dilakukan pihak medis untuk memulihkan kondisi kakinya.

Baca juga: TNI AL Masih Godok Rencana Mengangkat KRI Nanggala-402 dari Bawah Laut

“Ya berobat, operasi juga, operasi plastik, yang di punggung ini kan meletus-letus itu mbak, terus kepala ini, benturannya ini kan sampai dikerok sampai habis,” ungkap Indah.

Selama menjalani perawatan di RSPAD, Indah mengatakan bahwa anak pertamanya yang saat itu masih duduk di kelas satu SD dan anak keduanya yang berusia tiga tahun, menjadi obat dan motivasi terbesarnya.

Namun, cobaan masih terus menghampiri Indah. Sekitar tiga bulan usai menjalani perawatan di Jakarta, ia mengalami kebutaan selama sekitar satu bulan lamanya.

Ia pun akhirnya menjalani operasi lensa mata, sehingga bisa melihat lagi seperti sedia kala. Sampai sekarang kondisi kedua matanya masih normal.

Meskipun biaya perawatan medis ditanggung oleh pemerintah, Indah mengaku masih mengeluarkan uang sendiri untuk perawatan tambahan yang menunjang kesembuhannya kala itu.

Baca juga: Prabowo Akan Beri Beasiswa Putra-putri Prajurit KRI Nanggala-402 hingga Universitas

Halaman:


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com