Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Ketika Hasto Berkontemplasi tentang Megawati dan Dewi Cinta

Kompas.com - 20/04/2021, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENURUT saya, sejak 2012, buku terbaik tentang Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 Republik Indonesia, adalah Megawati - Anak Putra Sang Fajar. Salah satu yang menarik bagi saya, buku ini antara lain berisi 50 artikel komentar tentang Megawati dari orang-orang yang punya daya tarik khusus di negeri ini.

Sejak 2015, setelah Hasto Kristiyanto jadi Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, saya merasa buku berjudul Megawati - Anak Putra Sang Fajar terasa kurang lengkap.

Rabu, 24 Maret 2021 lalu, saya menemui Hasto untuk bertanya tentang siaran persnya yang menyerukan agar pemerintah menghentikan rencana impor beras.

Baca juga: Soal Impor Beras, Sekjen PDI-P: Mendag Jangan Rendahkan Kecerdasan Rakyat

Atas pertanyaan itu Hasto menjawabnya dengan memberi sebuah buku kepada saya. Hasto menulis prolog dalam buku itu yang melukiskan Megawati menjalankan “strategi diam” bagaikan proses pohon yang tumbuh dalam membangun PDI Perjuangan.

Soal merawat rumput pun dibahas. Falsafah kunang-kunang yang sangup memberi kerlipan cahaya di malam gelap setelah kunang-kunang tenggelam di bumi juga dibahas Hasto ketika melukiskan sosok Megawati

Menghadapi serangan dalam dunia politik, Mega memilih diam.

“Diam sebagai strategi yang direnungkan melalui kontemplasi cinta pada tanaman. Baginya, merawat tanaman adalah nafas kehidupan,” lukis Hasto tentang Mega.

Sekali lagi saya katakan, apa yang disampaikan Hasto kepada saya adalah jawaban tentang keharusan pemerintah menghentikan impor beras. Indonesia harus bisa berswasembada pangan.

“Menanam adalah kontemplasi. Dengan menanam, ia tidak hanya menyumbang oksigen bagi kehidupan, tetapi juga merefleksikan, hidup adalah menanam budi pekerti, menanam kebaikan,” kata Hasto.

Menurut Hasto, Megawati selalu memberi contoh.

“Ia mengumpulkan seluruh umbi-umbian Nusantara hanya untuk meyakinkan, seharusnya tidak boleh ada rakyat Indonesia yang kelaparan,” tulis Hasto.

Pengamatan Hasto sehari-hari atas Megawati bagi saya punya daya tarik tersendiri. Ia melihat kontemplasi Megawati dengan dengan kontemplasinya. Hasto berkontemplasi untuk masuk dalam kontemplasi Mega.

Hasto sanggup memperhatikan cara Mega menghadapi gangguan nyamuk di tempat tinggalnya.

“Maka Bu Mega memelihara atau membiarkan ada kodok di tempat tinggalnya, karena katak atau kodok makan nyamuk. Atau membiarkan cicak-cicak di dinding rumah agar bisa makan nyamuk,” ujar Hasto.

Hasto bisa melihat dengan hatinya, Megawati merasa prihatin menyaksikan batang pohon kesayangannya patah disambar petir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com