Mungkin Bamsoet adalah ketua DPR atau Ketua MPR saat ini yang banyak menulis buku dan sosoknya banyak ditulis oleh para penulis.
Sejak 1990 hingga kini paling sedikit Bamsoet sudah menulis sekitar 18 buku. Setahu saya buku terakhirnya terbit tahun lalu (2020) berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres - Politik Bernegara di Masa Pandmei.
Dua buku Bamsoet yang banyak mengkritisi pemerintahan Jokowi adalah Ngeri-ngeri Sedap (2017) dan Republik Komedi 1/2 Presiden (2015).
Dalam pengantar buku Ngeri-ngeri Sedap, Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2005 Ahmad Syafii Maarif antara lain mengatakan, “Tidak banyak politisi dan pengusaha yang mahir menulis untuk memasarkan gagasan-gagasan dan pendapatnya bagi kepentingan publik secara luas......Bung Bambang Soesatyo adalah salah seorang di antara yang sedikit itu.”
Di bawah subjudul Penguatan Peran Oposisi dalam buku Ngeri-Ngeri Sedap, Bamsoet menyangsikan program Indonesia sebagai Poros Maritim.
Rencana proyek besar ini, Indonesia Poros Maritim, oleh Bamsoet dianalogkan dengan janji mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika terpilih menjadi presiden tahun 2004. Ketika itu SBY berjanji revitalisasi sektor pertanian sebagai prioritas utama pemerintahannya di bidang ekonomi.
“Ternyata hanya janji. Hingga akhir masa jabatannya kinerja sektor pertanian dan tanaman pangan terbilang sangat buruk. ....Sehingga hampir 50 persen dari aneka komoditi kebutuhan pokok rakyat harus diimpor,” ujar Bambang empat tahun lalu (Halaman 62).
Pernyataan Bamsoet empat tahun lalu itu mungkin juga bisa disampaikan saat ini sebagai Ketua MPR, untuk mengingatkan pemerintahan sat ini. Ingat janji swasembada beras, pangan. Jangan terlalu mudah impor beras, garam, daging sapi, buah-buahan, bawang, dan seterusnya. Ini sebagai catatan kecil saya ya, bukan pernyataan Bamsoet.
Soal seruan agar distop impor beras, garam dan bahan pokok lainnya yang diagendakan pemerintah saat ini sudah disampaikan dengan lantang oleh Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Seruan ini mendapat dukungan luas, semoga berhasil penuh.
Dalam tulisan di semua bukunya, Bamsoet menggunakan kosa kata yang menyentil dan pedas seperti dikatakan oleh Jokowi. Menurut BG, Bamsoet konsisten mengungkap berbagai fakta.
Coba kita lihat sentilan dan kepedasan serta pengungkapan fakta-fakta yang ditulis dalam buku-bukunya. Kita ambil saja dulu salah satu bukunya, Republik Komedi 1/2 Presiden.
Coba saya pilihkan yang ada di halaman 151 sampai 161 dalam buku cetakan tahun 2015. Bagian ini Bamsoet mengungkap di balik tirai kenapa Jokowi menunda mengumumkan daftar anggota Kabinet pada Oktober 2014, tidak sesuai dengan jadwal yang diumumkan sebelumnya.
Pada Bab IV di bawah subjudul, Digosok, Diotak-atik, Kabinet Tetap Tambun, Bamsoet antara lain membuat kalimat seperti ini, ”Sebenarnya apa sih yang terjadi di balik pembatalan (pengumuman kabinet), berkali-kali itu?”
Seorang sumber di kalangan istana mengatakan, begitu tulis Bamsoet waktu itu, pembatalan itu berkaitan dengan kedatangan tiga pimpinan KPK hari itu.
Pada Rabu, 22 Oktober 2014, sekitar pukul 17.00 sore, Ketua KPK Abraham Samad dan dua Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto dan Zulkarnaen, datang ke istana.