Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Ekstremisme, Pengamat Ingatkan soal Bahaya Keyakinan pada Kebenaran Tunggal

Kompas.com - 30/03/2021, 19:23 WIB
Tatang Guritno,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat intelejen dan terorisme, Stanislaus Riyanta mengatakan, keyakinan pada kebenaran tunggal dapat memicu sikap ekstremisme di masyarakat.

Oleh sebab itu, ia menekankan bahwa generasi muda harus diberi pemahaman tentang keberagaman di Indonesia, terutama terkait ajaran agama.

"Ketika anak hanya diajarkan satu pemahaman sebagai kebenaran tunggal, sementara yang lain adalah salah dan harus dimusuhi, maka ini menciptakan bibit-bibit radikalisme yang sangat berbahaya," ujar Riyanta kepada Kompas.com, Selasa (30/3/2021).

Baca juga: Polisi Tangkap Tiga Perempuan Terduga Teroris Terkait Bom di Makassar

Riyanta menuturkan, keyakinan terhadap kebenaran tunggal hanya ada pada satu ajaran atau pemahaman tertentu akan menimbulkan sikap intoleransi.

Sikap intoleransi kemudian berpotensi menjadi resistensi individu atau kelompok pada keberagaman.

"Tahapannya memang sikap intoleransi, lalu mulai tidak hanya dengan narasi menolak perbedaan, tetapi meningkat menjadi pemaksaan dan teror," paparnya.

Baca juga: Kapolri Gandeng Kemenag Cegah Doktrin Terorisme di Masyarakat

Riyanta berharap, pemerintah bersama tokoh masyarakat dapat menangkal narasi radikal beredar di masyarakat.

Pencegahan paham radikal dapat dilakukan mulai dari organisasi terkecil, yakni keluarga.

"Pemahaman bahwa Indonesia adalah negara Pancasila yang penuh keragaman atau bineka harus digaungkan lebih kuat," kata Riyanta.

"Semua harus peduli dan mengawasi, menjadikan radikalisme dan terorisme ini musuh bersama," tutur dia.

Baca juga: Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar, Jokowi: Saya Ajak Masyarakat Perangi Terorisme

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan akan menggandeng Kementerian Agama, beserta organisasi kepemudaan dan agama untuk mencegah doktrin terorisme di masyarakat.

Hal itu disampaikan Listyo, dalam konferensi pers di Polda Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021), terkait aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.

"Kita sudah berkoordinasi dengan Kementerian Agama, koordinasi pada organisasi kepemudaan dan keagamaan agar sama-sama melakukan kerja sama, upaya pencegahan, agar jangan sampai doktrin terkait terorisme berkembang," ucap Listyo.

Baca juga: Fakta-fakta Penangkapan 4 Terduga Teroris di Bekasi dan Condet, Berawal dari Bom Makassar

Adapun kepolisian masih terus melakukan penggerebekan untuk membongkar jaringan terorisme pasca-aksi teror bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021) pagi.

Detasemen Khusus 88 (Densus 88) antiteror menggeledah sejumlah wilayah antara lain di Bima, Nusa Tenggara Barat, kawasan Condet, Jakarta Timur, Mangga Dua, Jakarta Utara, Kabupaten Bekasi, dan Sukabumi Jawa Barat, serta Makassar, Sulawesi Selatan.

Pelaku bom bunuh diri disebut terafiliasi dengan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Hingga saat ini ada tujuh tersangka teroris yang tengah menjalani penyidikan dari kasus bom bunuh diri di Makassar.

Sebelumnya, polisi sempat menangkap 20 terduga teroris di Makassar dari jaringan yang sama pada Januari 2021.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Nasional
Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Nasional
Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Nasional
Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Nasional
Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Nasional
Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com