Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penangkapan Teroris di Makassar dan Condet-Bekasi dan Upaya Deradikalisasi

Kompas.com - 30/03/2021, 08:43 WIB
Tsarina Maharani,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pascaperistiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021), polisi menelusuri jaringan terduga teroris lain di sejumlah wilayah di Tanah Air.

Diungkapkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, bom bunuh diri di depan katedral dilakukan oleh pasangan suami istri yang baru menikah pada 6 bulan lalu.

"Saudara L (suami) dan YSF (istri) beberapa bulan lalu, tepatnya enam bulan dinikahkan oleh Rifaldi yang beberapa waktu telah ditangkap pada Januari," kata Sigit saat menyampaikan perkembangan terkini di Makassar, Senin (29/3/2021) sore.

Dia menjelaskan, L sempat meninggalkan surat wasiat untuk orangtuanya. Dalam surat itu, L berpamitan kepada orangtuanya dan mengaku siap mati syahid.

"Perlu kita informasikan, Saudara L sempat meninggalkan surat wasiat kepada orangtuanya yang isinya mengatakan yang bersangkutan berpamitan dan siap mati syahid," ujar Sigit.

Sigit mengatakan, mereka merupakan bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang pernah melakukan aksi serupa di Katedral Our Lady of Mount Carmel, Pulau Jolo, Filipina Selatan.

Baca juga: Terduga Teroris Condet dan Bekasi Pakai Kata Sandi Takjil untuk Sebut Bom

Pelaku saat itu adalah pasangan suami-istri Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani.

4 orang ditangkap

Dalam perkembangannya, polisi menangkap empat tersangka teroris yang terkait dengan terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.

Keempat tersangka, yaitu AS, SAS, ML, dan AA. Mereka disebut ikut dalam satu kelompok kajian yang sama dengan L dan YSF.

"Bersama-sama dengan L dan YSF (terduga pelaku), mereka ada dalam suatu kelompok kajian Villa Mutiara," ujar Sigit.

Sigit menuturkan, masing-masing tersangka memiliki peran yang berbeda. Ada yang menyiapkan rencana aksi teror dan ada pula yang membeli bahan untuk membuat bom.

"Masing-masing memiliki peran untuk memberikan doktrin, mempersiapkan rencana jihad, dan berperan membeli bahan yang digunakan sebagai alat untuk melakukan bom bunuh diri," tutur dia.

Baca juga: Dari Bom Aktif hingga Atribut FPI, Ini Temuan Polisi di 3 Lokasi Penggerebekan Terduga Teroris

Penggerebekan Condet dan Bekasi

Sejurus dengan pengungkapan tersebut, polisi juga turut menggeledah dua lokasi lain yaitu di Condet, Jakarta Timur, dan Bekasi, Jawa Barat.

Dalam penggerebekan itu, polisi mengamankan empat terduga teroris yakni A, AH, AG, dan BS.

Sigit menjelaskan, dari penggeledahan di lokasi, ditemukan barang bukti berupa lima bom sumbu aktif yang siap digunakan.

Kemudian, ada pula sejumlah toples besar berisi bahan kimia yang digunakan sebagai bahan peledak dengan total empat kilogram.

"Berisi aseton, kemudian H2O2, HCL, sulfur dan flash powder, serta termometer. Bahan-bahan ini akan diolah untuk menjadi bahan ledak, dan jumlahnya kurang lebih empat kilogram," papar Sigit.

Ada pula bahan peledak yang sudah jadi jenis TATP sejumlah 1,5 kilogram. Sigit mengatakan, keempat tersangka memiliki peran masing-masing.

"Ada yang membeli bahan, ada yang mengajarkan membuat bahan ledak, dan siap menggunakan bahan tersebut," ujarnya.

Baca juga: Geledah Terduga Teroris di Condet, Polisi Temukan Atribut dan Kartu Anggota FPI

Polisi masih mendalami ada atau tidaknya keterkaitan antara terduga teroris Condet-Bekasi dan pelaku bom bunuh diri di Makassar.

Deradikalisasi

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, di masa pandemi, kegiatan kelompok teroris yang paling meningkat adalah radikalisasi dengan memanfaatkan media sosial.

Perekrutan dilakukan dengan kombinasi antara penawaran narasi melalui media sosial dan pertemuan tatap muka.

”Mereka tidak terasa masuk ke dalam sistem yang dibentuk, terutama oleh para senior,” kata Boy seperti dilansir dari Kompas.id.

Menurut dia, umumnya perekrutan terjadi di antara sel-sel yang telah terbentuk. Selain itu, target perekrutan juga kerap menyasar keluarga muda yang berusia di bawah 30 tahun karena dinilai lebih mudah dipengaruhi.

Pengajar FISIP Universitas Sebelas Maret, Aris Arif Mundayat, menyatakan, dengan masih intensnya pergerakan kelompok teroris di tengah pandemi, ditambah lagi ancaman teror yang kian nyata, tak ada jalan lain kecuali upaya pencegahan terorisme pun harus diintensifkan.

Baca juga: Memburu Terduga Teroris Pasca-Aksi Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar

Selain pentingnya aparat kepolisian untuk terus menelusuri dan menindak mereka yang menjadi bagian dari jaringan teroris, menurut Aris, di masa pandemi Covid-19, aktivitas kelompok teror tetap eksis juga karena tafsir yang mengatasnamakan agama tetap ada.

Untuk mengatasinya, diperlukan proses deradikalisasi yang bertujuan memutus mata rantai melalui penguatan tafsir dari kelompok mayoritas, seperti organisasi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

”Selain itu, pemerintah harus mengurangi masalah-masalah sosial, seperti ketimpangan ekonomi, sosial, kultur, dan politik, agar tafsir kelompok teroris tidak lagi relevan di masa kini,” kata Aris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com