Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bergabungnya Gerindra di Kekuasaan Dinilai Buat Pemilih Dapat Trauma akan Pemilu

Kompas.com - 25/03/2021, 19:15 WIB
Tatang Guritno,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai bahwa dua partai politik yang bersaing dalam kontestasi Pemilu sebaiknya tidak bergabung untuk sekadar berkuasa.

Menurut Pangi, dampak yang akan muncul adalah masyarakat sebagai pemilih dalam pemilu merasa tidak perlu lagi berjuang atau memilih partai politik yang dianggap mewakili aspirasinya.

"Ini membuat pemilih trauma, kecewa dan mereka sebenarnya kian sadar, untuk apa berdarah-darah, loyal dan all out, kalau ujungnya tidak ada konsekuensi dari kekalahan," kata Pangi pada Kompas.com, Kamis (25/3/2021).

Baca juga: Ketum PAN: Penantang Kini Jadi Menteri, yang Kalah Gabung ke Penguasa

Menurut Pangi hal itu terjadi saat ini di Indonesia, di mana dua partai besar yang bersaing dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) saat ini sama-sama berada dalam kekuasaan.

Ini terjadi saat Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan dan pendampingnya yang juga kader partai yang sama, Sandiaga Uno menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf).

"Kita bisa bayangkan kalau Prabowo dan Sandi menjadi partai oposisi, rakyat yang kecewa paling tidak punya harapan untuk mengawasi pemerintah. Mereka punya partai yang bisa mewakili suara mereka," ujar Pangi.

"Tapi setelah Prabowo bergabung ke koalisi kekuasaan, mereka (masyarakat) enggak punya keterwakilan secara politik," kata dia.

Baca juga: Tanggapi Survei LSI, Gerindra: Kami Belum Menghitung Peluang Pak Prabowo...

Dampak berikutnya, lanjut Pangi, adalah tidak berimbangnya komposisi partai oposisi dengan partai pemerintah.

Pangi menyebutkan, dampak dari bergabungnya Partai Gerindra menjadi partai koalisi pemerintah, membuat DPR tidak menjalankan fungsi pengawasan pada lembaga eksekutif dengan baik.

"Sekarang akibatnya DPR kita hanya sebagai lembaga yes man, tidak berimbang komposisi antara partai oposisi dengan partai pemerintah," ujar dia.

Baca juga: Tanggapi Hasil Survei, Gerindra: Anak Muda Segmen Terbesar Pemilu

Menurut Pangi, situasi ini hanya terjadi di Indonesia, saat partai yang kalah dalam kontestasi pemilihan presiden bergabung dengan kekuasaan. Ditambah, calon presiden yang tidak terpilih, menjabat sebagai Menteri.

"Ini sesuatu yang tak lazim dalam ketatanegaraan kita, dan hanya ada di Indonesia, yaitu mengajak calon presiden yang kalah bergabung menjadi menteri. Partai yang kalah calonnya dalam kontestasi elektrola, diajak bergabung ke koalisi, koalisi yang tak lazim, setelah presiden terpilih membangun tambahan koalisi," kata Pangi.

"Hal ini terjadi karena sistem presidensial dikompilasi dengan sistem ala multipartai yang tidak kompatibel," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com