Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantah Jhoni Allen, Bendum Demokrat: Tak Ada Mahar Pilkada, Semuanya Sumbangan

Kompas.com - 12/03/2021, 16:30 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bendahara Umum Partai Demokrat Renville Antonio membantah pernyataan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat kubu KLB Jhoni Allen Marbun yang menyebut Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengetahui dan membenarkan adanya mahar pilkada yang dikenakan kepada kader.

Menurut Renville, SBY justru tidak mengetahui apapun baik tudingan Jhoni soal mahar pilkada maupun keuangan partai.

"Saya sebagai bendahara umum sekarang, saya tahu betul, Pak SBY tidak tahu soal ini. Beliau kan hanya menerima laporan. Ini semuanya ke Bendum," tegas Renville saat dihubungi Kompas.com, Jumat (12/3/2021).

Baca juga: Ikrar Setia kepada AHY, Pengurus Demokrat di Jatim Tanda Tangan Surat Pernyataan di Depan Notaris

Ia juga menegaskan bahwa pernyataan Jhoni Allen soal mahar pilkada itu tidaklah benar atau bohong.

Renville mengatakan, sejak kepemimpinan SBY sebagai ketua umum (ketum) hingga ketum sekarang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tidak ada mahar pilkada yang dikenakan terhadap kader.

"Itu tidak ada mahar-mahar seperti yang disampaikan Pak Jhoni Allen, itu enggak ada. Semua itu ya sumbangan, kami enggak pernah melanggar aturan, itu semua sudah sesuai aturan yang ada," tegasnya.

Selain itu, mantan Plt Ketua DPD Demokrat Jawa Timur ini juga menanggapi pernyataan Jhoni Allen soal penyebutan SBY menggunakan mahar pilkada untuk membeli kantor DPP Partai Demokrat di Jalan Proklamasi, Jakarta.

Baca juga: Digandeng Demokrat Ajukan Gugatan Terkait KLB, BW: Ini Masalah Fundamental

Ia secara tegas membantah pernyataan Jhoni Allen itu. Sebaliknya, menurutnya kantor Proklamasi itu ada atas inisiatif kader Demokrat di daerah yang meminta agar DPP memiliki kantor sendiri.

"Karena saya waktu zaman itu saya ketua DPD Jawa Timur, ini dorongan dari daerah. Saya juga ikut mendorong untuk DPP punya kantor sendiri. Masa kami di Jawa Timur punya kantor sendiri, Jawa Tengah punya kantor sendiri, DPP masa belum punya, kan begitu," ungkap dia.

Renville menambahkan, atas desakan tersebut, kade Demokrat berinisiatif menyumbang uang untuk mendirikan kantor DPP.

"Kita akhirnya kenclengan, tapi kami di Bendahara Umum, istilahnya itu sumbangan. Jadi nggak ada itu mahar pilkada-pilkada itu," tambah dia.

Menambah argumennya, Renville pun mengatakan sumbangan itu bahkan sudah dilakukan sejak Agustus 2015 dan butuh waktu sekitar dua tahun untuk terkumpul.

Setelah dana tersebut terkumpul, lanjut dia, Demokrat pun bisa membeli Kantor DPP Partai Demokrat yang kini berada di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.

"Ini inisiatif para kader, dan itu nabungnya lama. Bukannya dapat duit sekian, enggak sampai setahun lalu beli kantor. Bukan. Sejak kepemimpinan SBY yang kedua yaitu pada 2015, maka mulai itu ada dorongan dari daerah minta agar Demokrat harus sudah punya kantor sendiri," pungkas Renville.

Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang Jhoni Allen Marbun mengungkapkan, SBY mengetahui dan membenarkan adanya mahar pilkada yang dikenakan kepada kader.

Baca juga: Jhoni Allen Sebut SBY Tahu soal Mahar Pilkada dan Digunakan untuk Beli Kantor Demokrat

Menurut Jhoni, hal tersebut disampaikan langsung oleh SBY saat keduanya bertemu di Cikeas pada 16 Februari 2021.

"Saya sampaikan ini pada saat pertemuan saya dengan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas tanggal 16 Februari 2021 lalu. Saya sampaikan, termasuk mahar-mahar pilkada," kata Jhoni di Jakarta, Kamis (11/3/2021), seperti dikutip Kompas.tv.

Ketika itu, jelas Jhoni, SBY menyebut bahwa mahar tersebut digunakan untuk membeli kantor Partai Demokrat di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.

"Beliau mengatakan, (mahar pilkada) membeli kantor di Proklamasi," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com