KOMPAS.com – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, ancaman banjir dan rob bukan hanya disebabkan kondisi alam, namun juga perilaku manusia dalam menjaga lingkungan.
Untuk itu, yang dilakukan Pemeringah Kota (Pemkot) Semarang salah satunya adalah melakukan manajemen pengelolaan dan pengendalian sampah.
Dia mengatakan itu, dalam diskusi virtual bertajuk Politik Hijau PDI Perjuangan (PDIP) yang ditayangkan secara langsung dari kanal Youtube resmi @pdiperjuangan dan akun facebook @pdiperjuangan, Sabtu (20/2/2021).
Wali Kota yang akrab disapa Hendi ini mengatakan, sejak 2018 hingga 2020, setiap tahun volume sampah yang diolah Pemkot Semarang terus meningkat, dari 850 ton sampah per hari pada 2018 menjadi 1200 ton sampah per hari sekarang.
Baca juga: Desa di Kabupaten Semarang Punya Aplikasi untuk Pantau Pasien Covid-19 Tiap Rumah
Hendi menyebut, 62 persen dari sampah tersebut berjenis sampah organik, dan sisanya adalah non organik seperti plastik. Semuanya diolah di tempat pemrosesan akhir (TPA) Jatibarang, Semarang.
"Diprediksi jumlah sampah ini akan terus meningkat seiring peningkatan perekonomian dan lain sebagainya," katanya dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Minggu (21/2/2021).
Hendi mengatakan, untuk mengupayakan pengendalian sampah, Pemkot Semarang menerapkan kebijakan “WaterFront City” yang berarti menjaga agar sungai bersih dari sampah.
Tak hanya itu, wali kota yang merupakan kader dari PDIP tersebut juga mengeluarkan peraturan tentang pengendalian penggunaan plastik.
Baca juga: Jalur Rel Kereta Api Semarang Tawang Alastua Masih Terendam Genangan Air
Pada kesempatan itu, Hendi menunjukkan foto tentang perbedaan Kali Semarang sebelum dan sesudah kebijakan itu. Ada pula gambar masjid yang terletak di pinggir Kali Mberok, Kota Semarang, sebelum dan sesudah kebijakan itu dilaksanakan.
Terkait pengelolaan sampah, Hendi menyatakan, pihaknya telah melakukan upaya pengolahan limbah sampah menjadi energi listrik dan gas.
Sebagian limbah tersebut dijadikan bata ecobrick dan aspal plastik yang dimanfaatkan sebagai bahan pembangunan sejumlah proyek di Kota Semarang.
"Kami juga menggiatkan bank sampah yang tersebar di 177 kelurahan," ujar Hendi.
Bukan sekadar pengelolaan sampah, Hendi mengaku Politik Hijau Kota Semarang juga menyasar menjadi green city.
Baca juga: Banjir di Kaligawe Semarang, Ganjar Minta Pompa Portabel Ditambah
Selain mengeluarkan peraturan tentang bagunan gedung hijau, Hendi mengaku, pihaknya mengarah ke pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (panas matahari), bayu (angin), dan hidro (air).
Hendi mengaku dirinya tak bisa melakukan semua itu tanpa dukungan dari partainya, PDIP. Dia dan kepala daerah PDIP lainnya sejak awal memang selalu diingatkan dan ditanamkan nilai bahwa berpolitik bukan sekedar memenangkan pemilihan.
"Namun bagaimana politik itu harus meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat yang salah satunya menjaga kualitas lingkungan," tegas Hendi.
Adapun, politik hijau turut menjadi bahasan dalam diskusi tersebut. Jargon ini disampaikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menekankan pentingnya mencintai lingkungan sejak 2005 hingga sekarang.
Baca juga: Perpustakaan Warak Kayu Semarang Masuk Nominasi Building of The Year 2021
Pada kesempatan itu, diwakili tiga generasi Sekretaris jenderal PDIP, Tjahjo Kumolo, Pramono Anung Wibowo, dan Hasto Kristiyanto, diakui bahwa pemikiran Megawati mengenai politik hijau bertujuan menjaga lingkungan alam dan lingkungan hidup Indonesia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.