Ini merupakan penambahan pasien meninggal yang tertinggi dalam sehari, selama masa pandemi, sehingga angka kematian Covid-19 di Indonesia saat ini berjumlah 24.645 orang.
Saat ini juga tercatat ada 126.313 kasus aktif dalam 24 jam terakhir atau 14,9 persen dari total jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi.
Kasus aktif adalah pasien positif Covid-19 yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Jumlahnya diketahui dari pengurangan jumlah total pasien terinfeksi Covid-19 dengan jumlah total pasien sembuh dan meninggal dunia.
Kemudian, ada 54.827 orang suspek terkait Covid-19. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), suspek merupakan istilah pengganti untuk pasien dalam pengawasan (PDP).
Baca juga: UPDATE 12 Januari: Ada 54.827 Kasus Suspek Covid-19 di Indonesia
Seseorang disebut suspek Covid-19 jika mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal.
Istilah suspek juga merujuk pada orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable Covid-19.
Bisa juga, orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
Vaksin dan penerapan protokol kesehatan
Adapun kini Indonesia sudah memiliki vaksin Covid-19. Uji klinis vaksin tersebut juga dan dipastikan bahwa vaksin itu aman dan halal untuk digunakan.
Melihat hal itu, Anggota Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia ( IAKMI) Hermawan Saputra mengingatkan, meski vaksin Covid-19 sudah tersedia bukan berarti Indonesia sudah lepas dari situasi pandemi Covid-19.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Dimulai, Ini 6 Hal yang Perlu Diketahui soal Vaksin Sinovac
Menurut dia, masyarakat masih tetap harus menerapkan protokol kesehatan.
"Tidak boleh ada perasaan ketika vaksin ada seolah-olah kita sudah punya solusi permanen, atau keluar dari situasi Covid-19," kata Hermawan Kepada Kompas.com, Selasa (12/1/2021).
Hermawan mengtakan, vaksin baru akan memberikan efek jika 70 persen masyarakat berisiko sudah tervaksinasi.
Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan meski sudah ada vaksin di Tanah Air.
"Jadi kita perlu tetap memiliki kesadaran kesabaran dan daya tahan menghadapi Covid-19 ini," ujar Hermawan.
Sementara itu, Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, vaksin Covid-19 Sinovac yang telah diujicoba di Bandung memiliki peluang untuk menekan angka penularan kasus Covid-19 sebesar 65,3 persen.
Baca juga: Vaksinasi Perdana, Istana Pastikan Keluarga Jokowi Tak Ikut Disuntik Vaksin Covid-19
Hal ini disampaikannya dalam konferensi pers pengumuman pemberian izin penggunaan darurat vaksin atau emergency use authorization (EUA) yang digelar Senin (11/1/2021).
"Hasil analisis efikasi menunjukkan angka sebesar 65,3 persen. Hasil ini didapatkan berdasarkan hasil uji klinis Sinovac yang dilakukan di Bandung," ujar Penny dalam konferensi pers secara daring itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.