JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kini memiliki aplikasi Data dan Informasi Bencana Indonesia atau DIBI yang menampilkan arsip data kejadian bencana.
Data ini dapat bermanfaat untuk membuat analisis maupun kajian kebencanaan di Indonesia.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, publik bisa mengaksesnya melalui situs gis.bnpb.go.id.
"Dengan mengakses gis.bnpb.go.i/dibi, pengguna dapat mendapat melihat data bencana sejak tahun 400 masehi hingga saat ini. Data yang disajikan dengan tampilan versi mobile, sehingga memudahkan masyarakat umum dalam mencari data bencana kapan saja, dan di mana saja," kata Raditya dalam keterangan tertulis, Kamis (31/12/2020).
Baca juga: BNPB: Sepanjang 2020, Ada 2.925 Kejadian Bencana di Indonesia
Raditya menjelaskan, beberapa fitur yang ada di situs itu salah satunya "SFDRR" yang mengikuti perkembangan berdasarkan Sendai Framework dan dapat dipilih angkanya secara absolut atau dibagi berdasarkan per 100.000 penduduk.
Pada tab "Baseline" dapat melakukan "filtering" berdasarkan wilayah administratif berdasarkan lokasi bencana yang disertai dengan nilai Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI). Di situ juga tersedia data rumah sakit yang terdapat di sekitaran lokasi bencana.
"Contohnya, dilengkapi dengan data tsunami yang pernah terjadi di Mentawai, yang terdapat informasi run-ups dan berbagai sumber yang menjelaskan kejadian bencana tsunami di Kepulauan Mentawai," ucapnya.
Selain itu, Raditya mengatakan BNPB juga memiliki aplikasi InaRisk. InaRISK menyajikan informasi potensi risiko bencana di suatu daerah.
"Analisis InaRISK memanfaatkan pendekatan raster base secara nasional dengan ukuran pixel 100 x 100 meter, berdasarkan kajian risiko bencana yang terdapat di suatu wilayah atau per kabupaten," kata dia.
Ia memaparkan, salah satu kegunaan InaRisk misalnya untuk indeks risiko bencana gempa bumi yang berada di Indonesia.
Baca juga: Kaleidoskop 2020: Bencana Alam di Dunia yang Terlewatkan di Tengah Pandemi
Wilayah yang berada di atas batuan dasar yang rentan (seperti pegunungan) akan sangat berisiko memakan korban dan kerusakan yang masif bila terjadi bencana.
Lebih detailnya, data indeks risiko bencana di InaRisK dapat dilihat juga berdasarkan kabupaten atau kota pada menu pencarian.
Raditya pun berharap dua aplikasi milik BNPB ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko bencana.
"Kajian risiko yang telah dibuat secara detail dan kompleks ini tidak akan berguna bila kesadaran masyarakat akan bencana masih rendah," kata Raditya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.