Dengan demikian, berdasarkan data tersebut ketimpangan ekonomi di Papua Barat periode 2015-2019 makin kecil.
Edy mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi Papua pada 2019 negatif. Hal ini disebabkan kerena penurunan tajam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor pertambangan, akibat transisi sistem produksi PT Freeport dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah.
Namun, di luar itu, pertumbuhan ekonomi Papua mencapai 5,03 persen.
“Artinya kita bisa mengatakan bahwa secara umum distribusi pendapatan di wilayah Papua dan Papua Barat membaik,” klaim Edy.
Baca juga: Hutan Adat Papua Habis Diganti Lahan Sawit, AMAN Singgung RUU 10 Tahun Belum Disahkan
Edy menambahkan, pemerintah terus melakukan pembangunan di kawasan Papua, salah satunya meresmikan beroperasinya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong, Papua Barat pada akhir 2019 silam.
Ia menyebut, KEK Sorong difokuskan di industri pengolahan hasil tambang (nikel) dan hasil hutan/perkebunan.
“Hal itu merupakan salah satu wujud komitmen pemerintah untuk menyebar pusat pertumbuhan ekonomi agar tidak hanya menumpuk di bagian barat Indonesia saja,” kata Edy.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan