Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IPW Sebut Geng-geng di Polri Hanya Muncul Jelang Bursa Pencalonan Kapolri

Kompas.com - 01/12/2020, 08:28 WIB
Devina Halim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane mengungkapkan, kelompok-kelompok atau geng dalam tubuh Polri hanya muncul dalam rangka bursa calon Kapolri.

"Dalam situasi sekarang ini, Polri tetap solid. Mereka muncul geng-geng ini hanya dalam rangka bursa Kapolri. Begitu nanti selesai, nanti mereka solid lagi. Hal yang biasa, sejak dulu begitu," ungkap Neta dalam program AIMAN yang ditayangkan KompasTV, Senin (30/11/2020) malam.

Adapun terdapat empat geng yang disebutkan Neta, yakni Geng Solo, Geng Pejaten, Geng Makassar, dan Geng Independen.

Geng Solo yang dimaksud adalah anggota kepolisian yang pernah bertugas di Kota Solo ketika Presiden Joko Widodo menjabat sebagai wali kota.

Baca juga: IPW: 4 Jenderal Bintang Tiga Masuk Bursa Calon Kapolri, Boy Rafli Amar Kuda Hitam

Kemudian, Geng Pejaten adalah anggota kepolisian yang memiliki kedekatan dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) Budi Gunawan.

Menurut Neta, Geng Makassar adalah anggota yang berasal dari Makassar atau Pulau Sulawesi, serta anggota yang memiliki kedekatan dengan Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis, mantan Wakapolri Komjen Syafruddin, serta mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Terakhir, Geng Independen adalah anggota kepolisian yang netral atau tidak terkait dengan geng lain.

"Sepertinya geng netral ini yang akan terpilih jadi calon kapolri karena mereka tidak terlibat konflik-konflik, mereka akan dinilai Jokowi berdasarkan kapabilitas dan prestasi," ujarnya.

"Kebetulan mereka-mereka ini jam terbangnya sudah tinggi, sudah berkali-kali menghadapi konflik di Jawa, ibu kota maupun daerah konflik, beberapa di antaranya pernah menjadi kapolda di Jawa," sambung dia.

Baca juga: Ini Sejumlah Jenderal Bintang Tiga yang Dinilai Berpeluang Gantikan Kapolri Idham Azis

Diketahui bahwa Kapolri Idham Azis akan pensiun pada akhir 2021. Calon penggantinya pun ramai dibicarakan.

Sejauh ini, menurut pengamatan IPW, terdapat empat komisaris jenderal (komjen) yang berpeluang kuat menggantikan Idham.

Mereka terdiri dari Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono, Kabaharkam Komjen Agus Andrianto, Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar.

"Kalau nanti bintang dua tidak ada masuk menjadi bintang tiga, saya kira pertarungan ada di empat orang ini,” ucap Neta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com