Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Pandemi Covid-19, 80 Persen Masyarakat Harus Rajin Cuci Tangan Pakai Sabun

Kompas.com - 15/10/2020, 13:41 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Perumahan dan Permukiman Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Tri Dewi Virgiyanti mengatakan, dalam rangka mengatasi pandemi Covid-19, setidaknya harus 80 persen masyarakat melakukan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS).

Hal tersebut disampaikan Tri saat menghadiri acara kampanye nasional dan hari cuci tangan pakai sabun sedunia, secara daring, Kamis (14/10/2020).

"Kalau kita ingin membuat masyarakat cukup puas mengatasi atau menanggulangi kondisi pandemi ini, memang harus lebih dari 50 persen atau bahkan 80 persen (rutin cuci tangan)," ujar Tri.

Baca juga: Terawan hingga Fachrul Razi Ingatkan Pentingnya Cuci Tangan untuk Cegah Covid-19

CTPS, kata dia, harus dilakukan secara lebih mayoritas oleh masyarakat agar perlawanan terhadap Covid-19 secara berkelompok menjadi lebih kuat.

Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilakukan setelah pandemi Covid-19 terjadi, kata dia, masyarakat yang sering melakukan cuci tangan kurang dari 50 persen.

Kemudian ruang publik yang mempunyai sarana prasarana CTPS baik di pasar maupun mal baru 48,59 persen.

Pasar tradisional, kata dia, kurang dari 50 persen yang mempunyai sarana prasarana CTPS, dan tempat ibadah baru 25 persen yang mempunyai sarana prasarana CTPS.

Baca juga: Pemprov DKI Ingin Kemendikbud Masukkan Ajakan Cuci Tangan Dalam Modul Pembelajaran

Begitu pun di tempat kerja, sarana prasarana dan protokol kesehatannya baru 18 persen, sedangkan mal baru 23 persen.

"Jadi ini memperlihatkan memang kondisinya masih jauh dari harapan kita," kata dia.

Ia mengatakan, jika ingin membuat masyarakat kebal Covid-19 dengan gerakan CTPS, maka harus didukung dengan sarana dan prasarananya.

"Kalau kita ingin membuat masyarakat kebal secara massal, sarana-prasarana ini harus dipatuhi, protokol kesehatan termasuk CTPS harus dilakukan secara lebih mayoritas supaya kekuatan kita secara berkelompok akan lebih kuat," kata dia.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 2018, kata dia, rumah tangga yang terlayani fasilitas CTPS dengan air mengalir baru 48,4 persen.

Baca juga: Lihat Tempat Umum Tak Sediakan Fasilitas Cuci Tangan, Langsung Adukan Melalui Jaki

Kemudian hanya 33 persen rumah tangga yang membuat tempat penampungan sementara (TPS) yang rata-rata setelah buang air besar atau melakukan aktivitas harian.

Selain itu, diketahui baru ada 33 persen puskesmas yang memiliki fasilitas CTPS dengan air mengalir dalam data 2019.

"Tidak hanya sarana prasarana CTPS, kita juga perlu air mengalir dan perilaku yang benar. Jadi harus terintegrasi dengan kegiatan penyediaan infrastruktur tapi juga sumber airnya bersih," kata dia.

Perilaku juga dinilainya sangat penting karena ketersediaan sarana prasarana sudah tersedia di 50 persen lebih rumah tangga, tetapi yang melakukan cuci tangan rutin hanya 30 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com